
PWMU.CO – Pemimpin Houthi Yaman, Abdul-Malik al-Houthi, menyatakan bahwa kelompoknya akan meningkatkan serangan terhadap kapal perang, kapal induk, dan aset militer Amerika Serikat (AS) sebagai respons terhadap operasi militer yang dilancarkan Washington.
Dalam sebuah pernyataan video yang dirilis pada Ahad (16/3/2025), Al-Houthi menegaskan bahwa pihaknya akan membalas setiap eskalasi yang dilakukan oleh AS.
“Kami akan menanggapi eskalasi dengan eskalasi,” ujarnya, seraya menyebut bahwa pasukan Houthi telah meluncurkan serangan rudal dan drone setelah AS melakukan serangan udara terhadap wilayah Yaman.
Lebih lanjut, Al-Houthi menuduh AS telah menjadikan laut sebagai medan perang dengan kebijakan intervensinya di wilayah tersebut. Ia menegaskan bahwa AS kini akan masuk dalam daftar target blokade maritim yang sebelumnya hanya diberlakukan terhadap Israel.
“Pada awalnya, blokade ini hanya ditujukan kepada Israel. Namun kini, AS juga akan dimasukkan ke dalam daftar target selama agresinya berlanjut,” tegasnya.
Al-Houthi juga menyerukan agar dunia mengakui pihak yang sebenarnya bertanggung jawab atas ancaman terhadap keamanan maritim, dengan menyebut bahwa Washington adalah aktor utama yang mengganggu stabilitas di kawasan.
“AS adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas ketidakamanan navigasi dan ancaman terhadap pergerakan kapal di Laut Merah,” tambahnya.
Serangan Balasan Houthi terhadap AS
Ketegangan di wilayah Laut Merah meningkat setelah AS melancarkan serangan udara terhadap posisi Houthi di Yaman. Presiden Donald Trump bahkan memperingatkan bahwa kelompok yang didukung Iran ini akan menghadapi “hujan neraka” jika mereka terus menyerang kapal-kapal di wilayah tersebut.
Kelompok Houthi telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden sejak akhir 2023. Serangan ini diklaim sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, khususnya atas situasi di Jalur Gaza.
Pada bulan Januari 2025, Houthi sempat menghentikan serangan setelah Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun, kelompok ini mengancam akan kembali melancarkan serangan setelah Israel memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza pada 2 Maret 2025.
Dengan meningkatnya eskalasi ini, kawasan Laut Merah kini menjadi pusat konflik geopolitik yang berisiko mengganggu jalur perdagangan global serta meningkatkan ketegangan antara Houthi dan AS. (*)
Penulis Ahmad Sa’dan Husaini Editor Wildan Nanda Rahmatullah