
PWMU.CO – Kamis (13/3/2025), Pesantren Kilat 1446 H di SMA Muhammadiyah 8 Gresik resmi ditutup dengan suasana penuh emosi. Tidak ada yang menyangka, sesi evaluasi yang dikira biasa saja justru menjadi momen yang paling mengguncang mental peserta.
Dengan mengusung tema “Glow Up Iman: Bersinar Iman dan Akhlak”, panitia menghadirkan study case langsung yang benar-benar membuat peserta merasa ‘dicemplungkan’ ke dunia nyata. Tanpa aba-aba, tanpa clue, mereka harus menghadapinya sendiri.
Dari Evaluasi ke Study Case: Mental Ditempa dalam Simulasi Nyata
Peserta dibagi ke dalam kelompok dan tiba-tiba diberikan sebuah skenario mendesak yang harus mereka pecahkan dalam waktu terbatas. Tidak ada petunjuk, tidak ada bantuan dari panitia.
“Awalnya aku santai aja, mikirnya paling cuma refleksi biasa. Eh, tahu-tahu dikasih kasus yang bikin panik! Seriusan, ini nyata atau prank?,” ujar Hanaya Putri, masih dengan napas sedikit tersengal.
Situasi langsung berubah tegang. Beberapa peserta mulai berusaha mengarahkan kelompoknya, ada yang kebingungan, bahkan ada juga yang hampir frustasi.
Ulil Albab berusaha menenangkan teman-temannya, sementara Fajar Romadhon mengaku merasa jantungnya hampir copot. Di sudut lain, Aulia Rahma Salsabila sudah tidak bisa menahan emosinya. Air matanya mulai mengalir, sesenggukan di tengah tekanan yang terasa begitu nyata.
Fakta Mengejutkan: Ternyata Cuma Study Case!
Setelah semua kelompok bersusah payah mencari solusi, panitia akhirnya membongkar fakta mengejutkan, semua ini hanyalah simulasi. Ruangan mendadak sunyi. Beberapa peserta melongo, yang lain tertawa getir, dan sisanya masih belum percaya.
“Seriusan? Dari tadi kita segitunya mikir, eh ternyata prank panitia!,” celetuk Rizqi Yudhanies, yang langsung disambut gelak tawa bercampur lega dari peserta lain.
Namun, tidak lama kemudian, tangis haru mulai pecah. Bahkan, beberapa peserta laki-laki pun terlihat menyeka mata mereka diam-diam. “Kalian tega banget sih. Tapi aku sadar, aku benar-benar belajar sesuatu hari ini,” ujar Aulia Rahma Salsabila, suaranya masih sedikit bergetar.
Glow Up Iman: Bukan Sekadar Bersinar, tapi Juga Bertahan dalam Ujian
Di tengah suasana emosional, panitia akhirnya menjelaskan pesan edukatif di balik study case ini.
“Kenapa kami buat ini? Karena dalam hidup, kita sering dihadapkan pada situasi sulit yang datang secara tiba-tiba. Sama seperti tadi, kita nggak dikasih petunjuk, kita harus mencari solusi sendiri. Itulah bagian dari Glow Up Iman,” jelas Rafi Rasyidin Nugraha, salah satu panitia.
Panitia juga menegaskan bahwa Glow Up Iman bukan sekadar tentang memperbaiki ibadah, tapi juga tentang bagaimana kita merespon ujian kehidupan dengan sabar, tenang, dan penuh tanggung jawab.
“Kita sering berpikir glow up itu soal jadi lebih baik secara fisik atau spiritual aja. Padahal, glow up yang sebenarnya adalah ketika kita bisa tetap bersinar di tengah kesulitan. Bisa tetap sabar, tetap percaya sama teman, tetap yakin sama diri sendiri, dan yang paling penting tetap memegang akhlak yang baik,” tambah Fahri Zaidan.
Penjelasan ini membuat peserta semakin tersadar. Bahwa tantangan bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk menempa mereka menjadi lebih kuat.
Core Video: Air Mata yang Tak Bisa Dibendung Lagi
Saat semua mulai memahami makna dari study case tadi, panitia menghadirkan kejutan lain, yaitu pemutaran video core yang berisi dokumentasi perjalanan mereka selama Pesantren Kilat.
Potongan-potongan momen tertawa, berdiskusi, bersedih, hingga kelelahan terputar di layar, membuat suasana kembali haru. Banyak yang tak kuasa menahan air mata. Aulia Rahma kembali menangis, kali ini bukan karena stres, tapi karena rasa syukur dan kebersamaan yang begitu terasa.

Tukar Snack, Pesan Anonim, dan Pelukan Hangat
Sebagai penutup, peserta diminta menuliskan pesan manis secara anonim di sticky note, dan menempelkannya di snack yang mereka bawa. Setelah itu, mereka memberikannya kepada panitia yang menurutnya paling mengesankan.
Banyak yang mengungkapkan rasa terima kasih, kesan mendalam, hingga ungkapan “Kalian keterlaluan, tapi makasih!” yang disambut tawa dan tangis bersamaan.
Saat snack sudah berpindah tangan, tanpa dikomando, banyak peserta yang saling berpelukan (sesama muhrim) bukan hanya dengan teman, tapi juga dengan panitia.
Naflah Shoofya Atiqah, salah satu panitia yang diberikan hampers oleh kelompok dampingannya terlihat berkaca-kaca. “Nggak nyangka bakal semenyentuh ini. Kalian luar biasa,” ujarnya pelan.
Dengan suasana penuh kehangatan, Pesantren Kilat 1446 H resmi berakhir. Tidak hanya meninggalkan ilmu, tapi juga kenangan dan pelajaran hidup yang akan mereka bawa ke depan.
Bahwa glow up iman bukan sekadar tentang menjadi lebih baik dalam ibadah, tetapi juga tentang bagaimana kita tetap kuat dalam menghadapi ujian kehidupan.
Bahwa iman dan akhlak yang bersinar bukan hanya tentang kebaikan diri sendiri, tapi juga tentang bagaimana kita menjaga hubungan dengan orang lain dengan kasih sayang, pengertian, dan kesabaran.(*)
Penulis Liset Ayuni Editor Zahrah Khairani Karim