Trik-Trik Menjadi Hafidz Quran Yakni:
1. Pastikan hati anak dalam keadaan senang agar mood-nya bagus. Sebelum memulai murajaah, tanyakan terlebih dahulu, “Apakah sudah siap?”
2. Selalu berikan semangat dengan pelukan dan kata-kata positif. Misalnya, “Kamu hebat! Ummi bangga karena kamu sudah mau berusaha.”
3. Buat target hafalan yang jelas. Misalnya, jika jumlah hafalan adalah 1 juz, maka dalam sehari minimal murajaah 5 halaman.
4. Berikan reward jika target harian tercapai.
Bentuk reward bisa berupa uang, makanan, mainan, atau jalan-jalan, sesuai kesepakatan di awal sebelum memulai murajaah. Anak dapat memilih sendiri hadiahnya, seperti jumlah uang yang diinginkan, makanan favorit, atau tujuan jalan-jalan.
5. Bagi waktu murajaah menjadi empat sesi:
– Sehabis Shubuh: Mengulang beberapa halaman.
– Pulang sekolah (sebelum tidur siang): Mengulang beberapa halaman.
– Setelah Ashar: Waktu untuk ziyadah (membaca berulang-ulang).
– Setelah Maghrib: Setoran ayat baru.
– Setelah Isya: Murajaah beberapa halaman.
“Yang terpenting, tanpa HP dan tanpa TV. Itulah pengalaman Zubair, yang mungkin bisa menjadi bekal dan masukan bagi anak-anak SD Muri khususnya, serta bagi yang lainnya,” pesannya.

Kendala Selama Menjadi Penghafal Quran
“Pasti ada cara untuk mengelola mood yang masih naik turun. Selain itu, Zubair adalah tipe auditori, sehingga ia kesulitan menghafal ketika ada suara berisik, seperti anak-anak berlari di luar atau suara musik dari tetangga,” ucapnya.
Selain itu, Athaillah juga menyampaikan beberapa tantangan dan kendala dalam menjadi Hafidz al-Quran:
1. Lingkungan
Ia menyampaikan bahwa anak-anak di lingkungan kami, baik di rumah maupun di sekolah, tidak ada yang menghafal al-Quran. Hal ini membuat Zubair tidak memiliki teman untuk berbagi ilmu dan saling menyemangati dalam menghafal. Selain itu, mayoritas anak-anak di sekitar lebih banyak bermain game, sehingga Zubair jarang bermain di luar.
2. Orang Tua Tidak Pernah Belajar di Pesantren
“Saya dan Abinya tidak pernah belajar di pesantren, sehingga saya belajar tajwid dan makhraj melalui YouTube. Kadang, masih ada kekurangan dalam melafalkan huruf serta dalam penerapan panjang-pendek dan dengung yang benar,” ujarnya.
3. Harus Memiliki Cita-Cita
Anak harus memiliki cita-cita yang jelas. InsyaAllah, Zubair bercita-cita menjadi Imam Masjidil Haram.
“Alhamdulillah, saat ini Zubair mulai belajar secara online dengan beberapa guru yang merupakan alumni Makkah dan Madinah. Ia belajar tajwid dengan adik Ustadzah Nabila, juri Hafidz Indonesia RCTI, yaitu Ustadzah Raniya, serta belajar tahsin dengan Ustadz Anwar dari Yayasan Syekh Ali Jaber,” tuturnya.
4. Menetapkan Target yang JelasJika ingin menjadi Hafidz atau Hafidzah, anak harus memiliki target yang jelas. Semoga sebelum masuk SMP (sebelum ke pesantren), sudah menyelesaikan hafalan 30 juz.
“Meskipun waktu untuk pembekalan ilmu dan pengalaman sebagai Hafidz dan Hafidzah sangat singkat, anak-anak SD Muri sudah mulai melangkah ke depan untuk berkembang lebih maju. Bibit-bibit ke arah itu sudah ada, tinggal dibimbing dan diasah secara berkelanjutan, baik di lembaga sekolah maupun di rumah dengan pendampingan orang tua serta para ustadz dan ustadzah yang ahli di bidangnya,” ujar Waka Kesiswaan, Bellah Iasyah Melindah SPd.
Kehadiran Zubair Athaillah, merupakan momen yang tepat. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi siswa untuk lebih baik dan maju, serta mendukung tercapainya visi dan misi SD Muri. (*)
Penulis Erna Hamidah Editor Ni’matul Faizah