
PWMU.CO – Kegiatan Baitul Arqam (BA) guru dan karyawan SMAS Muhammadiyah 2 (SMAS Muha) Genteng Banyuwangi dilaksanakan pada Kamis (20/3/2025). Acara tersebut ditempatkan di lingkungan sekolah dengan materi utama praktek thaharah (wudhu, tayamum dan mandi wajib).
Sebanyak lima puluh guru dan karyawan SMA Muha wajib mengikuti kegiatan BA yang dibagi menjadi tiga kelompok terdiri dari dua kelompok laki-laki dan satu kelompok putri. Masing-masing peserta harus memperagakan dua materi diatas di hadapan tiga penguji dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Banyuwangi dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Genteng.
Kelompok satu putri di uji oleh PDA Banyuwangi Robhithoh Azizah, kelompok dua laki-laki dengan PDM Banyuwangi Nur Ahmadi dan kelompok tiga laki-laki berhadapan dengan PCM Genteng Nawachid.
Kaifiyah Thaharah dan Salat Wajib

Kegiatan Baitul Arqam guru karyawan dibuka tepat pukul 09.00 Wib diawali dengan menyayikan lagu Indonesia Raya, Mars Sang Surya, Sambutan, dan doa penutup. Sambutan pertama disampaikan kepala SMAS Muha Suharyono dengan mengucapkan terima kasih kepada ketiga penguji terutama Nur Ahmadi dan Nawachid yang keduanya adalah sama-sama mantan kepala SMAS Muha.
Sambutan kedua disampaikan Nur Ahmadi sekaligus wakil dari ketiga penguji, dalam sambutannya Nur Ahmadi menyampaikan kaifiyah atau tata cara thaharah dan shalat wajib secara detail menurut Rasulullah Saw. yang diambil dari Himpunan Putusan Tarjih (HPT).
“Kami bertiga disini dihadirkan disini bukan untuk menguji bapak ibu sekalian karena kami yakin semuanya sudah melaksanakan kuwajiban ibadah yang sekaligus perintah Allah Swt. Kami hanya melaksanakan amanah persyarikatan dalam hal ibadah yang dituangkan lengkap oleh HPT. Apabila ada hal yang kurang pas kami luruskan terutama dalam tata cara berwudlu mandi wajib maupun tayamum karena itu akan mempengaruhi juga kepada ibadah shalat, bapak ibu tidak usah gelisah ini bukan ujian ibadah,” ungkap Nur Ahmadi.

Menginjak acara inti yaitu praktek ibadah tampak ketegangan mulai nampak terutama ke enam belas bapak ibu guru baru. Mereka mulai memisahkan diri sambil membawa selembar kertas sambil menunggu giliran praktek namun seiring berjalannya waktu raut ketengan sudah tampak reda setelah menyaksikan beberapa temannya usai melaksanakan praktek.
Dikarenakan setiap peserta harus memperagakan satu persatu sehingga memakan waktu yang cukup Panjang, maka jedah sejenak untuk melaksanakan jamaah dhuhur kemudian dilanjutkan kembali dan tuntas tepat pukul 14.00 WIB. Lalu cara berikutnya adalah evaluasi dari penguji beberapa menit, kemudian ditutup oleh kepala sekolah. (*)
Penulis Abdul Muntholib Editor Amanat Solikah