
PWMU.CO– Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) kembali menegaskan komitmennya untuk memperkuat pendidikan karakter, literasi, dan numerasi, dalam mewujudkan generasi emas 2045
Penekanan ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari Asta Cita ke-4 Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang kemudian diimplementasikan melalui program hasil cepat/ quick wins pendidikan.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menekankan pentingnya penguatan literasi dan numerasi yang selaras dengan nilai-nilai karakter.
Progam quick wins menjadi prioritas mengingat tujuan fundamental pendidikan di Indonesia adalah membentuk insan yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Langkah ini berujung untuk mencetak pribadi-pribadi berkarakter.
“Sekarang, Kementerian punya Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai pembentukan kebiasaan (habit), yang dilakukan terus menerus hingga menjadi adat. Harapannya, lulusan dari sekolah ini punya karakter yang kuat,” ujarnya di SDIT Al-Hikmah Cirebon, Rabu (19/3/2025).
Lebih lanjut, penguatan literasi juga menjadi fokus utama. Namun, tantangan signifikan terletak pada kemampuan literasi siswa Indonesia. Data dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan membaca (literasi) siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara ASEAN, hanya sedikit di atas Filipina.
Skor membaca siswa Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara seperti Singapura. Permasalahan utama yang teridentifikasi adalah siswa mampu membaca namun tidak memahami (reading without understanding) isi bacaan.

Menyikapi tantangan ini, Wamen Atip memberikan arahan konkret dalam menanggulangi masalah literasi dengan program membaca minimal satu buku per minggu untuk setiap siswa dan disesuaikan dengan usia mereka.
“Dalam rangka program penguatan literasi. Programkan untuk semua kelas. Minimal satu buku, satu minggu harus selesai, sesuai dengan usianya dan gembira. Kalau dalam pembelajaran deep learning itu joyfull. Selanjutnya, berikan satu sesi untuk anak-anak mengekspresikan buku bacaannya di depan kelas,” arahan Wamen Atip.
Kemudian, ia juga menyoroti capaian numerasi di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius. Menurut Atip, salah satu faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah metode pembelajaran yang kurang menarik bagi anak-anak.
Menyadari hal tersebut, Kemendikdasmen mendorong implementasi metode pembelajaran yang lebih inovatif dan sesuai dengan karakteristik usia murid terutama pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Pemanfaatan media animasi menjadi salah satu solusi yang dapat diterapkan.
“Dalam pembelajaran sains dan teknologi dapat menggunakan alat peraga yang terus dipercanggih. Gabungkan antara what to teach dan how to teach,untuk meningkatkan kompetensi guru-guru,” tambah Wamen Atip.
Di sisi lain, Ketua Pimpinan Daerah Persatuan Islam (Persis) Kota Cirebon, Tatang Noor Saifullah, bersyukur karena lembaganya mendapat kunjungan dari Kemendikdasmen. Ia berharap sekolah ini dapat terus berkembang untuk melayani pendidikan di tengah masyarakat.
Sekolah Al-Hikmah hingga saat ini memiliki tiga lembaga pendidikan yaitu TKIT Al-Hikmah yang berdiri sejak tahun 2005 dengan jumlah murid 80 orang. Pada tahun 2007, SDIT Al-Hikmah didirikan dengan jumlah murid sebanyak 474 orang. Lalu, pada tahun 2003, SMKIT Al-Hikmah memiliki 2 kelas, kelas 7 dan kelas 8 yang total jumlah muridnya 60 orang.
Penulis Humas Mendikdasmen Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan