
PWMU.CO – Siswa-siswi dari berbagai sekolah tetap bersemangat mengikuti kegiatan Tarawih Ramah Anak yang diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik di Mushalla SDMM lantai 1, Jumat (21/3/2025).
Meskipun cuaca gerimis setelah hujan lebat, mereka tetap antusias mengikuti rangkaian kegiatan, mulai dari adzan hingga selesainya salat Tarawih yang diimami oleh Selamet Hariyadi SPdI. Tarawih Ramah Anak merupakan sarana edukasi bagi siswa-siswi di sekitar sekolah untuk belajar beribadah Qiyamul Lail selama bulan Ramadan.
Kegiatan ini diawali dengan adzan oleh peserta, kemudian dilanjutkan dengan salat Isya, salat ba’diyah Isya, tarawih 11 rakaat, dan diakhiri dengan kultum yang disampaikan oleh imam.
Dalam kultumnya sebelum witir, Selamet Hariyadi, yang juga merupakan Ketua Lembaga Zakat, Infak, dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) Gresik Kota Baru, mengisahkan tentang asal-usul Gerakan Al-Maun yang digagas oleh Kiai H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Beliau menceritakan bahwa suatu ketika, salah satu murid Ahmad Dahlan bertanya mengapa sang Kiai selalu mengajarkan Surat al-Maun, padahal semua murid sudah menghafalnya dengan baik, termasuk bacaan, tilawah, serta makna dan tafsirnya. Ahmad Dahlan pun menjawab, “Apakah kalian sudah mengamalkan kandungannya?”. Sebagai bentuk pengamalan, Kiai Ahmad Dahlan bersama murid-muridnya kemudian membantu fakir miskin di Alun-alun Yogyakarta.
Selain kisah tentang Kiai Ahmad Dahlan, Selamet Hariyadi juga menceritakan tentang seorang pria buta yang selalu memaki Rasulullah Saw dengan kata-kata kasar. Pria tua tersebut tidak menyadari bahwa Nabi Muhammad Saw selalu berbuat baik kepadanya. Bahkan, Rasulullah Saw dengan penuh kasih sayang selalu mengunyahkan kurma dan menyuapinya dengan lembut.
Kebaikan ini terus berlanjut hingga Rasulullah Saw wafat. Setelah itu, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya kepada putri Nabi, Fatimah, tentang amalan Rasul yang belum sempat ia lakukan. Fatimah pun menjelaskan bahwa ada seorang pria buta di ujung jalan yang selalu disuapi makanan oleh Rasulullah Saw.
Abu Bakar pun segera mendatangi pria buta tersebut dan mulai menyuapinya. Namun, pria buta itu merasa ada perbedaan dalam cara menyuapinya dan bertanya, “Mengapa tidak seperti biasanya?” Abu Bakar pun menjawab bahwa orang yang dahulu menyuapinya telah wafat. “Siapa orang itu?” tanyanya. Abu Bakar pun menjawab, “Beliau adalah Nabi Muhammad SAW.”
Mendengar jawaban tersebut, pria buta itu terharu dan akhirnya masuk Islam serta mengimani risalah Nabi Muhammad Saw.
Selamet Hariyadi menutup kultumnya dengan harapan agar kisah-kisah tersebut dapat menginspirasi para siswa untuk selalu meneladani akhlak mulia Rasulullah Saw. (*)
Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Wildan Nanda Rahmatullah