
PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kedungadem menggelar Baitul Arqam dengan menghadirkan Muhammad Abduh, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, sebagai narasumber utama.
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (22/3/2025) ini mengusung tema “Memperkokoh Tauhid di Tengah Era Modern”, bertujuan memperkuat pemahaman keislaman dan kaderisasi di lingkungan Muhammadiyah.
Dalam pemaparannya, Muhammad Abduh menekankan bahwa tauhid merupakan landasan utama dalam kehidupan beragama. Di era globalisasi yang semakin kompleks, kader Muhammadiyah harus memiliki pemahaman tauhid yang kokoh agar tidak mudah terpengaruh oleh sekularisme dan pemikiran yang melemahkan keimanan.
“Tauhid yang kuat akan menjadi benteng bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Kader Muhammadiyah harus memahami bahwa perjuangan dakwah tidak hanya sebatas seruan, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata,” ujarnya.
Tantangan Dakwah Muhammadiyah: Internal dan Eksternal
Muhammad Abduh juga menguraikan berbagai tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam berdakwah, baik dari sisi internal maupun eksternal.
Pertama, Tantangan Internal:
- Menurunnya militansi kader dalam berorganisasi.
- Kurangnya regenerasi kepemimpinan di berbagai tingkatan.
- Lemahnya sinergi dalam pengelolaan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
- Lambannya proses perkaderan sehingga minimnya tokoh penerus.
Kedua, Tantangan Eksternal:
- Perubahan pola pikir generasi muda akibat kemajuan teknologi digital.
- Maraknya paham keagamaan yang bertentangan dengan Islam berkemajuan.
- Dinamika politik dan sosial yang sering kali memengaruhi peran Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa.
Sebagai solusi, ia menegaskan bahwa kader Muhammadiyah harus memiliki militansi yang tinggi, memahami ajaran Islam secara mendalam, serta aktif berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan.
Muhammadiyah dan Peran Politik Islam
Dalam sesi diskusi, Muhammad Abduh juga menyinggung posisi Muhammadiyah dalam politik. Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah harus tetap menjaga independensi dan tidak terlibat dalam politik praktis. Namun, Muhammadiyah tetap memiliki peran strategis dalam membangun bangsa melalui gerakan moral dan intelektual.
“Muhammadiyah harus tetap menjadi penyeimbang dan pengawal moral bangsa. Kita tidak boleh terjebak dalam kepentingan politik praktis, tetapi harus terus memberikan kontribusi nyata dalam mencerdaskan umat,” tegasnya.
Kegiatan Baitul Arqam ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta tentang dakwah berbasis tauhid, memperkuat komitmen terhadap organisasi, serta menumbuhkan semangat militansi dalam menjalankan amanah Muhammadiyah.
Sebagai penutup, Muhammad Abduh berpesan, “Kader Muhammadiyah harus menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan persyarikatan. Jangan hanya aktif di internal, tetapi juga harus bermanfaat bagi umat dan bangsa.”
Dengan semangat tersebut, diharapkan kader Muhammadiyah dapat terus berkontribusi dalam mewujudkan Islam yang berkemajuan. (*)
Penulis Samsul Arifin Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan