
PWMU.CO- Kabar duka menyelimuti keluarga besar Rumah Sakit Islam Muhammadiyah (RSIM) Sumberejo dan Persyarikatan Muhammadiyah.
Dokter Dian Novita, seorang aktivis ‘Aisyiyah asal Sumberejo, Bojonegoro, wafat dalam kecelakaan tragis di Wadi Qudied, jalan antara Makkah dan Madinah, sekitar 150 kilometer dari Jeddah, pada Kamis (20/3/2025).
Peristiwa nahas yang terjadi pada pukul 13.30 waktu Arab Saudi (17.30 WIB) ini merenggut nyawa enam jemaah umrah asal Indonesia. Salah satunya adalah Dian Novita (38), yang saat itu menjabat sebagai Wakil Direktur RSIM Sumberejo.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, terutama bagi rekan-rekan sejawat yang mengenalnya sebagai sosok penuh dedikasi, dermawan, dan selalu mengutamakan kebersamaan.
Kesaksian Sahabat
Hermin Puji Astutik, rekan sekaligus sahabat almarhumah, mengenang sosok Dian Novita sebagai pribadi humble, senang berbagi, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama.
“Beliau sangat senang berbagi, bahkan tanpa banyak orang tahu. Ia juga menyantuni anak yatim di sekitar tempat tinggalnya tanpa mengharapkan balasan apa pun,” tutur Hermin.
Di dunia organisasi, dokter Dian tak hanya aktif di Majelis Kesejahteraan Sosial (Kesos) Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Sumberejo, tetapi juga di PRA RSI Muhammadiyah Sumberejo serta IKKM dan Komunitas Muda RSIM Sumberejo (KOMDARSI).
Bersama komunitasnya, ia terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, seperti sedekah air untuk masjid, berbagi takjil, serta sahur bagi karyawan RSIM Sumberejo.
Di internal rumah sakit, dokter Dian dikenal sebagai pribadi yang sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan. Setiap Jumat, ia kerap berbagi makanan dalam program Jumat Barakah. Bahkan, dalam rapat kerja, jika konsumsi tidak tersedia, ia diam-diam menyediakannya dari kantong pribadinya.
“Dalam kerja, beliau sangat mendukung regenerasi kepemimpinan tanpa pilih kasih. Beliau selalu memperjuangkan kesejahteraan karyawan, bahkan kami selalu menerima SHU dan THR yang luar biasa dari beliau dan dr.Totok,” ungkap Ketua Tim Marketing dan Humas RSIM Bojonegoro, yang juga rekan almarhumah.

Dedikasi untuk Keluarga dan Profesi
Dokter Dian juga dikenal sebagai sosok yang sangat patuh pada suami dan selalu mengutamakan keluarga. Karena itulah, ketika sempat diusulkan menjadi Direktur RSIM Sumberejo, ia memilih tetap di posisi Wakil Direktur.
“Beliau khawatir jika menjadi direktur, waktunya akan terlalu banyak tersita, sehingga kurang bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu,” kenang Hermin.
Meski sering berbeda pandangan dalam diskusi kerja, sahabat-sahabatnya menegaskan bahwa dokter Dian selalu memiliki tujuan yang sama: memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Bojonegoro.
Sehari sebelum keberangkatannya ke Tanah Suci, ia masih sempat membahas monitoring dan evaluasi pelayanan pasien BPJS serta rencana pembangunan Kantin PRA RSI Muhammadiyah Sumberejo.
“Seolah-olah beliau berpesan agar kantin ini segera diwujudkan sebagai bagian dari dakwah dan ukhuwah Islamiyah di RSI Muhammadiyah Sumberejo,” pungkas Hermin.
Kepergian dokter Dian Novita meninggalkan duka, tetapi juga keteladanan yang patut dikenang. Ia wafat dalam ibadah umrah, setelah seumur hidupnya didedikasikan untuk kemanusiaan, pelayanan kesehatan, dan perjuangan di Muhammadiyah.
Semoga segala amal kebaikannya diterima di sisi Allah Swt dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Selamat jalan, dokter Dian. Jejak baktimu akan selalu kami kenang. (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan