PWMU.CO – Ada yang menarik dari kejadian terperosoknya mobil yang ditumpangi Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid dan redaktur pwmu.co saat perjalanan dakwah ke Desa Pesanggrahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan Ahad (10/4/16).
(Baca juga: Perjalanan Dakwah Off Road ke Lamongan dan PWM Ngajak Ngaji Online Jamaah Muhammadiyah Laren)
Begitu mengetahui mobil kami terperosok di Dusun Mesuwur, Desa Keduyung, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, spontan warga berdatangan membantu, tanpa kami mintai tolong terlebih dahulu.
Bahkan ketika kami sendiri pun belum tahu harus berbuat apa, mereka dengan cepat mendisuksikan strategi untuk mengangkat mobil, yang kedua roda kirinya keluar badan jalan dan masuk area kolam (jublang, bahasa lokalnya).
Mereka gerak cepat. Plan A dijalankan. Mobil diangkat bareng-bareng. Tapi, gagal. Terlalu berat. Lalu Plan B dijalankan. Mendongkrak mobil. Gagal juga, karena posisi dongkrak yang tidak mendukung.
Plan C dirancang. Ban yang menggantung harus diganjal. Maka mereka gerak cepat. Ada yang mengambil batu untuk tumpuan roda yang menggantung dan ada yang mengambil kayu. Plan c ini pun berhasil. Kedua roda kiri bisa dinaikkan. Dan mobil kembali ke jalan.
(Baca juga: Tergerus Arus Bengawan Solo, SMPM 17 Lamongan Butuh Perhatian Pemerintah)
Kami pun mengucapkan terima kasih. Tak ada imbalan apa-apa. Bahkan tawaran air putih dalam kemasan botol pun, mereka tolak. “Sudah Mas, gak usah. Beberapa kali mobil terperosok di sini, dan kami bantu mengangkatnya,” kata Arifin, salah satu penduduk yang ikut membantu kami.
“Luar biasa spontanitas dan ketulusan penduduk, saat bergotong-royong mengangkat mobil ini. Saya terharu,” komentar Nadjib Hamid, yang heran di era pembangunan seperti ini masih dijumpai jalan yang sulit ditempuh. “Padahal ini di Lamongan. Di Jawa. Bukan di Papua atau Kalimantan, tambahnya.
Jalan abnormal
Seringnya mobil terperosok tak lepas dari kondisi jalan yang sempit, yang hanya cukup untuk satu mobil. Ketika terjadi papasan, bahkan dengan sepeda motor pun, seperti yang kami alami kemarin, bisa menjadi musibah.
Jalur transportasi dari Desa Centini ke Desa Pesanggrahan dan seterusnya ke timur sampai “ibukota” Kecamatan Laren, memang harus melalui jalan yang tidak normal. Terdiri dari sambungan jalan desa yang sempit dengan “jalan” tanggul Bengawan Solo.
Mestinya ini menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Lamongan. Perlu dibuat jalan baru yang layak dan tidak menumpang tanggul. Bukankah jalur ini adalah jalur transportasi ekonomi, berupa hasil pertanian dan perdagangan sembako serta material bangunan? (Mohammad Nurfatoni)