
Oleh Nashrul Mu’minin – Content Writer Yogyakarta Editor
PWMU.CO – Malam Lailatul Qadar, malam yang digambarkan Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan umat Muslim. Adanya perbedaan pandangan tentang kapan tepatnya “Lailatur Qadar” terjadi, justru semakin menarik perbincangan. Ada yang berpendapat bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan. Tapi ada pula yang meyakini malam ini bisa terjadi kapan saja.
Lalu, pendapat manakah yang lebih bisa diterima?
Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr ayat 1-5).
Ayat ini lebih menjelaskan betapa istimewanya malam Lailatul Qadar. Tetapi tidak menginformasikan kapan malam Lailatul Qadar itu terjadi. Sedangkan petunjuk yang lebih jelas berasal dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah malam Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Hadis ini pun menjadi dasar keyakinan bagi banyak ulama bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan, yaitu malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29. Meskipun ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar bisa berpindah-pindah setiap tahun, sehingga tidak bisa dipastikan secara pasti.
Perbedaan pandangan
Meskipun ada petunjuk dari Rasulullah Saw, perbedaan pendapat tentang kapan tepatnya Lailatul Qadar masih tetap terjadi perbedaan. Beberapa ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar tidak bisa dipastikan secara pasti, karena Allah Swt sengaja menyembunyikannya sebagai ujian kesungguhan umat Muslim dalam beribadah.
Imam Syafi’i, misalnya, berpendapat bahwa Lailatul Qadar bisa berpindah-pindah setiap tahun. Hal ini berdasarkan pada hadis riwayat Imam Muslim:
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ، فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ لَمْ يَقْدِرْ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Jika ada di antara kalian yang lemah atau tidak mampu, maka janganlah ia kalah pada tujuh malam terakhir.” (HR Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadar tidak selalu jatuh pada malam yang sama setiap tahun. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk beribadah dengan sungguh-sungguh pada seluruh sepuluh hari terakhir Ramadan.
Tips menemukan Lailatul Qadar
Meskipun masih terjadi perbedaan pendapat tentang kapan Lailatul Qadar terjadi, sabda Rasulullah Saw tentang beberapa tanda yang untuk menjadi pedoman dalam mengenali datangnya malam istimewa ini. Rasulullah SAW bersabda:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ، لَا حَارَّةٌ وَلَا بَارِدَةٌ، تُصْبِحُ الشَّمْسُ صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ
“Malam Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin. Pada pagi harinya, matahari terbit dengan cahaya yang lemah dan kemerahan.” (HR Muslim).
Fokus ibadah, tidak perlu bingung
Perbedaan pendapat tentang kapan Lailatul Qadar terjadi seharusnya tidak membuat kita pusing. Justru, ini adalah kesempatan untuk lebih giat beribadah selama sepuluh hari terakhir Ramadan. Dengan memperbanyak shalat malam, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan berdoa, kita bisa meraih keberkahan malam Lailatul Qadar, kapan pun itu terjadi.
Allah Swt sengaja menyembunyikan malam ini agar umat Muslim terus bersemangat dalam beribadah. Firman Allah Swt dalam Surat Al-Muzzammil ayat 20:
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya, dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu. Karena itu, bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an.”
Jadi, tidak perlu untuk berpusing ria dengan perbedaan pandangan tentang datangnya Lailatul Qadar. Marilah kita fokus pada ibadah untuk meraih keberkahan, termasuk keberkahan dari malam Lailatul Qadar, kapan pun itu terjadi! (*)
Editor Notonegoro