
PWMU.CO– Minat masyarakat Indonesia untuk bekerja di luar negeri meningkat dari tahun ke tahun. Data Penempatan Pekerja Migran Indonesia tahun 2021-2023, Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI/BP2MI) mencatat pada tahun 2022, penempatan pekerja migran Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya, yakni 176%, tepatnya menjadi 200.802 penempatan atau bertambah sebanyak 128.178 penempatan. Kemudian, di tahun 2023, jumlahnya meningkat sebanyak 37% atau menjadi 274.965 penempatan (bertambah sebanyak 73.893).
Penempatan pekerja migran Indonesia ini terus menunjukkan pertumbuhan positif setidaknya sampai pertengahan tahun 2024 dan menandakan besarnya minat masyarakat Indonesia untuk bekerja ke luar negeri. Pertumbuhan positif ini turut didorong oleh permintaan tenaga kerja dari luar negeri cukup tinggi, mencapai 1,7 juta permintaan tenaga kerja. Namun, saat ini Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 297 ribu.
Pertumbuhan positif dan peluang permintaan tenaga kerja ini ditangkap sebagai peluang strategis oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk meningkatkan kolaborasi antara sektor pendidikan dan sektor ketenagakerjaan.
Kemendikdasmen melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) menandatangani sejumlah perjanjian kerja sama (PKS) dan kesepahaman bersama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI)/Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) di Jakarta pada Senin, 24 Maret 2025.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kerja sama ini merupakan salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, serta memperkuat keterhubungan antara ekosistem pendidikan, dunia industri, dan dunia kerja, termasuk sebagai bentuk dukungan kita bersama terhadap sektor tenaga kerja migran.
“Melalui kerja sama ini, kita ingin memastikan bahwa lulusan pendidikan vokasi memiliki kompetensi profesional yang sesuai dengan kebutuhan dunia global,” kata Menteri Mu’ti di Jakarta, Senin (24/3).
Menteri Mu’ti mengungkapkan, kerja sama yang dilakukan tersebut dapat menjadi proyek rintisan bersama, di mana Kemendikdasmen menyiapkan SDM yang kompeten dan profesional, Kemenaker melaksanakan proyek rintisan pengembangan kompetensi dan sertifikasi, semantara itu Kementerian PPMI dapat memfasilitasi penempatan lulusan vokasi yang ingin bekerja di luar negeri.

Aksi Nyata Siapkan SDM Profesional
Pendiri Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Overseas Training Center (OTC), I Wayan Rediyasa, mengungkapkan bahwa objektif utama dalam pembelajaran di LKP adalah menjadikan peserta didik berhasil mengikuti program pembelajaran dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Selain itu, LKP harus terus mencari sekaligus membuka penawaran peluang agar peserta didik berpeluang untuk dapat bekerja di luar negeri.
“Kedua hal ini yang akan menjadi keunggulan LKP,” kata Rediyasa.
Ia juga mengungkapkan, pembaruan kurikulum juga harus terus dilakukan sesuai dengan evaluasi yang diberikan oleh industri. Hal ini dilakukan agar kurikulum dan pelatihan yang diberikan, betul-betul selaras dengan kebutuhan industri. Tentu membutuhkan kerja sama dan kemitraan yang intens agar industri dapat terus memberikan masukan untuk kualitas lulusan LKP.
“Kredibilitas LKP harus dijaga dengan memastikan kualitas lulusan yang memiliki soft skill,” kata Rediyasa.
Ia menceritakan bahwa dengan menjaga kualitas dan kredibilitas, banyak industri bermitra dengan LKP OTC dan memberangkatkan banyak sekali lulusan ke luar negeri.
Dari Subang, Jawa Barat, Kepala SMKN 2 Subang, Deden Suryanto, menyampaikan hal senada. Ia melihat peluang kerja sama antara SMK dengan industri semakin terbuka lebar. Hal tersebut membuat ia dan tim menerapkan pembelajaran yang membina hard skill, dan soft skill, serta berfokus pada outcome menghadirkan lulusan yang memiliki kompetensi berdaya saing global.
Deden menyampaikan, SMKN 2 Subang sejak tahun 2005 sudah memberangkatkan lulusan ke luar negeri. Total ada lebih dari 500 alumni yang sudah di Jepang, 200 di Korea, dan di beberapa negara lain. Lulusan yang mendapatkan pekerjaan di luar negeri juga berangkat dengan ragam kompetensi, seperti rekayasa perangkat lunak, teknik pengendalian industri, pengolahan makanan, perikanan, dan lain-lain.
Sebagaimana I Wayan Rediyasa dan Deden Suryanto mengharapkan kualitas terbaik lulusan LKP dan SMK dapat bekerja profesional di luar negeri, Kemendikdasmen turut berupaya dapat menghubungkan ekosistem pendidikan secara langsung dengan sektor industri.
Melalui perjanjian kerja sama dengan KP2MI/BP2MI dan Kemenaker, Kemendikdasmen berharap dapat memperkuat sistem penempatan tenaga kerja, khususnya bagi lulusan pendidikan vokasi yang ingin bekerja di luar negeri. Upaya ini diharapkan dapat mendorong lulusan vokasi berkompetisi di pasar global dengan keterampilan yang memadai dan tetap menjaga perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia, serta meningkatkan akses informasi dan peluang kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
“Kami berharap, kerja sama ini akan dapat memberikan dampak positif dan membuka peluang-peluang lain ke depannya, dalam usaha kita melakukan pengembangan pendidikan vokasi dan peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan global,” kata Tatang Muttaqin selaku Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK saat penandatanganan perjanjian kerja sama.
Sebagai upaya untuk mendorong persiapan Pekerja Migran Indonesia dari SMK, Kemendikdasmen telah melakukan intervensi dalam bentuk Bantuan Pemerintah Penguatan Persiapan Program Magang Luar Negeri Tahun 2024 kepada 113 SMK. Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan peserta didik dalam menghadapi tantangan di dunia kerja global.
Berdasarkan data per Februari 2024, jumlah lulusan yang telah dan akan berangkat ke luar negeri pada tahun ini mencapai 913 orang. Sementara itu, estimasi keberangkatan pada tahun 2025 diperkirakan paling banyak terjadi pada periode Juni hingga Agustus, dengan jumlah peserta sebanyak 368 lulusan. Bidang keahlian yang diminati oleh peserta meliputi caregiver (kesehatan), kemaritiman, perhotelan, dan manufaktur. Negara tujuan utama adalah Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Penulis Humas Mendikdasmen Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan