
PWMU.CO – Zakat fitrah dan kegiatan sosial Muhammadiyah Sendangagung menjadi lebih terorganisir dan tepat sasaran dimulai satu tahun setelah Muhammadiyah Sendangagung berdiri tepatnya 7 Februari 1965 atau 60 tahun silam.
Hal ini diungkap saat kontributor PWMU.CO melakukan wawancara eksklusif bersama pelaku sejarah atau sesepuh Muhammadiyah Sendangagung di rumahnya Jalan Jublang Nduku Sutho RT 06 RW 2 Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur, Rabu (26/3/2025).
Tokoh Muhammadiyah ini adalah Ma’shum bin Ahmad atau lebih dikenal Ma’shum Ahmad, dia adalah Kepala MIM Sendangagung pertama dan aktif di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) sejak didirikan di rumah H Abdul Shomad Kampung Lebak.
Adik kandung Munir Ahmad yang keduanya terjun bersama di kancah Muhammadiyah Sendangagung ini menceritakan sejarah adanya zakat fitrah yang dipusatkan di Masjid d An-Nur dan dikelola bagian sosial PRM.
Lelaki tua berusia 85 tahun ini menyambut hangat kehadiran kontributor, usai membaca Alquran dengan kacamata plusnya dia segera mengajak jabat tangan dan tersenyum renyah seolah faham kalau dia akan diajak ngobrol tentang sejarah Muhammadiyah Sendangagung.
Ma’shum mengaku senang dan merasa bersemangat mana kala bercerita tentang pergerakan Muhammadiyah masa lalu, ” Saya lebih sehat saat diajak ngomong Muhammadiyah Sendangagung masa lampau,” ungkapnya.
“Awalnya zakat fitrah tidak terkoordinasi dengan baik dan tidak ada kesepakatan takaran, yang penting takarannya 4 batok (tempurung kelapa) dan dianggap tidak sasaran,” tutur Ma’shum mengawali cerita.
Pria kelahiran 1940 ini melanjutkan ceritanya; “Dahulu (sebelum ada Muhammadiyah), kita kenal dengan istilah fitrah ubengan , fitrah ini bak tongkat estafet dialihkan-tangankan antar keluarga yang penting telah menggugurkan kewajiban, sehingga beras itu tidak ke mana- mana melainkan memutar saja, atau fitrah hanya terfokus pada kiai atau guru ngaji sehingga terjadi penumpukan beras sehingga tidak merata di golongan 8 ashnaf,” terangnya.
“Setelah Muhammadiyah hadir, maka membentuk panitia zakat fitrah (Desember 1965) dan dipusatkan di masjid Annur, ada pun distribusinya dilaksanakan setelah isya di malam idul Fitri dengan cara dipikul pakai boran atau tomblok dibagikan langsung ke rumah door to door bagian mikul (panggul) secara bergantian Semawi, Rukiyat, Sumadi dan Warimo.
“Kegiatan ini berlangsung hingga larut malam sampai pukul 23.30 WIB, dengan bawa lampu strongking atau petromax panitia mengetuk pintu rumah mustahiq dan memintanya menyiapkan wadah beras untuk menerima beras, saat itu belum ada plastik kresek,” terang ayah 6 anak ini.
“Saya bagian menyiapkan dan menyeleksi daftar mustahiq dan Abdul Ghofur bagian menghitung jumlah beras yang terkumpul, dan bagian timbangan ada; Sumadi, Warkim, Jamil, Sufyan, Sa’dullah, dan H Abdurahman.”
“Bagian sosial tidak zakat fitrah saja, ada santunan pemberian baju baru yang dibeli dari uang iuran bulanan yang dimasukkan kaleng di tiap rumah warga Muhammadiyah Sendangagung, dalam hal ini Sholeh dan Muhajir bagian pergi ke Surabaya untuk beli baju dari uang tarikan itu.”
“Iuran kaleng (umplung) dipungut secara rutin tiap bulan, Dirjam Mustaji Mahin di wilayah Lebak dan Sutho, H Nur Hasyim, Jamil dan Warkim wilayah Setuli dan sekitar pasar, Mandrim dan Sri Agung wilayah Mejero, Kasiyan dan Sukarjo wilayah Beji dan Lebak Utara, semua hasil kaleng disetor ke Abdul Ghofur.”
“Ada lagi Amplop Ramadan yang diedarkan kepada para dermawan pedagang emas dan orang kaya lainnya, awalnya untuk bangunan Masjid An-Nur yang masih butuh perbaikan, kini berkembang kebutuhan ke pembangunan sekolah, pondok, dan mushala.”
“Atas ide Syukran bin Hisab saat omong-omong bersama saya di teras Masjid An-Nur kemudian saya ditindaklanjuti dan kemudian dilanjutkan oleh Dirjam Mustaji, Abdul Ghofar dan Drs Munasir, di tangan Munasir Amplop Ramadan makin luas jangkauannya sampai luar Sendangagung khususnya warga Sendang di perantauan.

Zakat Fitrah Saat Ini
Dan saat ini Zakat Fitrah masih tetap ada dan ditangani panitia dari unsur para remaja putra jajaran Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah (PRPM) dan Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) Sendangagung.
Ketua PRPM, Farih Hamdan SPdI, menuturkan; “Kini panitia telah memiliki standar takaran yang telah disesuaikan dengan takaran syar’i (1) Sha’) yang kalau ditimbang kurang lebih 3 Kilo Gram atau bisa dengan uang dengan nominal 45 000 ribu rupiah,” ungkap ayah 2 anak ini.
“Panitia telah buka tiap hari Rabu sampai Sabtu 26-29 Maret 2025, mari bapak ibu berfitrah di Masjid An-Nur Sendangagung,” pungkas guru SMPM 12 Sendangagung ini. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan
.