PWMU. CO – Konsep politik itu apa adanya. Cinta tak kurang puja, benci tak kurang maki seperti yang diterapkan Amien Rais.
“Beliau sangat menyukai politik tapi tidak gila kehormatan dan mengharapkan kesenangan saja, Amien Rais menerima apapun caci makian orang terhadap dirinya,” kata Hajriyanto Y. Thohari–Ketua PP Muhammadiyah.
Ditambahkan dia, bahwa dala berpolitik tidak akan bisa memenuhi nilai kesenangan semua orang. Berpolitik tidak semata-mata meraih kekuasaan dan menjawab 5 W dan 1 H.
Politik, tuturnya, adalah metodologi menyelesaikan konflik atau masalah. Politik adalah kesatrian, bagai Dewa Janus yang bermuka dua. Wajah konsensus dan wajah konflik.
“Mblegedes kalau politik tanpa masalah, karena politik itu ya masalah dan penyelesaikan masalah,” tegas Pak Hajri—panggilan akrabnya.
Karena itu, menurutnya, jangan menjauhi politik. “Kalau jauh dari politik kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Kita harus terlibat dan belajar politik. Bukan hanya untuk kekuasaan tapi untuk menyelesaikan masalah,” papar.
Hajri melanjutkan, kalau kita maju ke kancah politik dan menginginkan kekuasaan, kita harus memiliki modal sosial yang tinggi. “Kalau kita sudah punya modal sosial tinggi maka modal finansialnya sedikit. Begitupun sebaliknya,” ungkap sambil menjelaskan dalam berpolitik harus memenuhi tiga hal, yaitu dikenal, disukai, dan dipilih.
Sementara itu Ketua PP Muhammadiyah Prof Bahtiar Effendy mengatakan bahwa berpolitik itu jangan mencari aman. “Jangan berpolitik dalam keadaan aman. Justru kita harus berpolitik di masa carut marut dan banyak kondisi bobrok. Ya … seperti saat ini. Mari kita berpolitik, karena konsep berpolitik adalah menyelesaikan masalah,” ujarnya menjawab pertanyaan kapan kita harus berpolitik dan model politik Muhammadiyah.
“Itulah politik. Intinya jangan lari dari konflik. Jalankan warisan Ki Bagus Hadikusumo, berpolitiklah,” kata Bahtiar, yang menjadi Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Agustine)
Tonton Video, Muhammadiyah Bukan Wahabi