
PWMU.CO – Kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) yang diselenggarakan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) cabang Sukodono di Masjid At-Thoyyibah, Kebonagung, Sukodono, menjadi ajang penuh makna bagi para peserta untuk menggali potensi diri dan memperkuat kaderisasi Muhammadiyah.
Acara yang berlangsung pada (22-23/03/2025) menghadirkan empat narasumber inspiratif dengan materi yang saling melengkapi, mulai dari pelajar unggul, perkaderan Muhammadiyah, hingga pemberdayaan perempuan.
Dalam sesi bertajuk “Pelajar Unggul”, Sekretaris Bidang Kader DPD IMM Jawa Timur, Ajeng Linda Liswandari mengawali paparannya dengan menyoroti berbagai masalah yang kerap dihadapi pelajar masa kini, seperti cyberbullying, rasa tidak percaya diri (insecurity), hingga dampak negatif dari kebiasaan multitasking.
Ia menekankan pentingnya membentuk karakter pelajar unggul yang cerdas secara akademik, peduli terhadap lingkungan sosial, memiliki jiwa kepemimpinan, serta berakhlak mulia.
“Pelajar unggul bukan hanya soal prestasi, tapi bagaimana mereka mampu memberi dampak positif bagi sekitarnya,” ujar Ajeng.
Kegiatan dilanjutkan dengan Stadium Generale yang diisi oleh Sekretaris PD Muhammadiyah Sidoarjo, Burhanuddin. Ia mengangkat tema pentingnya perkaderan dalam Muhammadiyah untuk mencetak generasi masa depan yang berkualitas.
Ia menyebutkan bahwa perkaderan dapat dilakukan melalui berbagai wadah, seperti Baitul Arqam dan kegiatan Mabit seperti malam ini.
“Dakwah adalah ruh dari setiap kader Muhammadiyah, baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan nyata,” tegasnya, sembari mengajak peserta untuk terus menggerakkan dakwah secara kreatif.
Kader Muhammadiyah harus Menjadi Teladan
Acara tersebut dilanjutkan dengan membagi antara akhwat dan khwan. Materi untuk ikhwan diisi oleh Ahmad Nidhom Komisioner KPU Kabupaten Sidoarjo sekaligus kader Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo, menyampaikan materi bertema “Kader Pemuda Muhammadiyah”.
Ia membuka sesi dengan kisah perjuangan KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Kauman, yang dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap pendidikan, kemiskinan, sosial keagamaan, dan kesehatan.
Ahmad Nidhom menggarisbawahi bahwa pemuda Muhammadiyah harus menjadi teladan, penggerak pendidikan, dan turut andil dalam kebijakan publik.
“Muhammadiyah harus terus berkemajuan, dan pemuda adalah ujung tombaknya,” katanya penuh semangat.
Sementara itu, untuk kelompok akhwat, Jeni Rahayu aktivis perempuan dari Kabupaten Ponorogo, hadir dengan materi bertajuk “Perempuan Berdaya Bahagia”. Jeni memulai dengan menelusuri sejarah perlakuan terhadap perempuan, dari masa Yunani Kuno hingga Arab Jahiliyah, yang sering kali penuh dengan penindasan.
Ia mendefinisikan perempuan berdaya sebagai sosok yang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk mengoptimalkan potensinya. “Berdaya itu lahir dari tekad dan kemampuan dalam diri kita sendiri,” ungkapnya.
Jeni juga menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi perempuan, baik internal maupun eksternal. Tantangan internal meliputi rasa takut, malas, niat yang lemah, dan kurangnya keberanian, sedangkan tantangan eksternal mencakup minimnya dukungan, finansial, dan kesempatan.
Ia mengambil contoh tokoh-tokoh perempuan inspiratif seperti Najwa Shihab yang konsisten dalam jurnalisme, Sri Mulyani yang berdedikasi dalam kebijakan ekonomi, serta Puan Maharani dan Megawati yang menunjukkan kiprah politiknya.
“Berdaya tidak selalu identik dengan positif. Setiap perempuan punya potensi yang sama, tergantung bagaimana kita mengarahkannya,” tambahnya.
Ia berpesan agar perempuan senantiasa percaya diri, berani mengambil kesempatan, belajar menghitung risiko, dan mencari dukungan dari lingkungan sekitar.
“Tantangan akan selalu ada, tapi kunci dari pemberdayaan adalah bagaimana kita menghadapinya dengan tekad kuat,” tutup Jeni.
Kegiatan Mabit ini tidak hanya menjadi sarana pembinaan spiritual, tetapi juga ruang diskusi yang memperkaya wawasan para peserta. Dengan materi yang beragam dan narasumber yang kompeten, acara ini diharapkan mampu melahirkan kader-kader Muhammadiyah yang unggul yang membawa perubahan positif bagi masyarakat. (*)
Penulis Choirun Nisa’ Yahya Editor Amanat Solikah