
PWMU.CO-Disampaikan di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Asembagus Situbondo
Khutbah Pertama
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَمَّابَعْدُ؛
فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin hafizhakumullah
Segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan Maha Menerima taubat. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan kita dalam kehidupan, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah,
Hari ini adalah hari kemenangan. Kemenangan bagi mereka yang telah berjuang dalam ibadah, melawan hawa nafsu, dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun, kemenangan yang hakiki bukanlah sekadar merayakan berakhirnya Ramadan, tetapi memastikan bahwa kita keluar dari bulan suci ini sebagai pribadi yang lebih baik dan lebih bertakwa.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan mukjizat paling besar dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf tersebut dengan baik hingga akhir zaman.
Allah Swt berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (Qs Ali Imran: 102)
Jamaah yang mulia, marilah kita renungkan sejenak: apakah setelah Ramadan ini kita menjadi lebih dekat kepada Allah atau kembali kepada kebiasaan lama? Apakah dosa-dosa yang dulu kita tinggalkan tidak akan kita ulangi lagi? Ataukah kita akan kembali lalai setelah sebulan penuh kita berusaha memperbaiki diri?
- Makna Sejati Idul Fitri: Kembali ke Fitrah
Idul Fitri bukan hanya tentang merayakan dengan pakaian baru dan makanan lezat, tetapi lebih dari itu, ini adalah momen untuk kembali ke fitrah—ke keadaan suci dan bersih dari dosa seperti bayi yang baru lahir.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, pengampunan dosa ini harus kita jaga dengan terus istiqamah dalam kebaikan. Jangan biarkan Ramadan hanya menjadi ritual tahunan tanpa perubahan nyata dalam diri kita. - Kisah Taubat yang Menggugah Hati
Dikisahkan ada seorang pemuda yang terjerumus dalam dunia hitam, penuh dosa dan maksiat. Ia menunda taubat, mengira masih memiliki banyak waktu. Hingga suatu malam, ia mengalami mimpi yang begitu nyata. Dalam mimpi itu, ia melihat dirinya berada di sebuah padang luas, sendirian, tanpa bekal, dan tiba-tiba datang seorang malaikat yang mengatakan bahwa waktunya telah habis.
Terbangun dalam keadaan gemetar, ia menangis sejadi-jadinya dan bersujud, memohon ampun kepada Allah. Ia sadar bahwa hidup ini singkat dan tidak ada jaminan kita akan diberi kesempatan esok hari untuk bertaubat. Sejak saat itu, ia berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan selalu menjaga hubungannya dengan Allah. Jamaah sekalian, jangan menunggu datangnya mimpi atau musibah untuk menyadarkan kita. Hari ini adalah waktu terbaik untuk berubah dan mendekatkan diri kepada Allah. Mumpung kita masih diberi kesempatan, mari kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. - Idul Fitri: Momen Memaafkan dan Menyambung Silaturahmi
Idul Fitri juga merupakan momen untuk saling memaafkan. Mungkin selama ini kita memiliki dendam kepada saudara, teman, atau tetangga. Mungkin ada kata-kata yang pernah menyakiti hati orang lain. Marilah kita hapus semua itu dengan saling memaafkan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah halal bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Barang siapa yang mendiamkannya lebih dari tiga hari dan meninggal dalam keadaan itu, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Abu Dawud)
Jangan biarkan hati kita keras hanya karena gengsi. Ingatlah bahwa memaafkan lebih mulia daripada menyimpan dendam. Jika kita ingin Allah mengampuni dosa-dosa kita, maka kita pun harus memaafkan kesalahan orang lain. - Tetap Istiqamah Setelah Ramadan
Banyak di antara kita yang begitu rajin beribadah di bulan Ramadan, tetapi setelah Idul Fitri, semuanya kembali seperti semula. Shalat malam ditinggalkan, Al-Qur’an mulai berdebu, dan masjid kembali sepi.
Padahal, Allah tidak hanya ada di bulan Ramadan. Dia adalah Rabb sepanjang tahun, yang mengawasi dan mencatat setiap amal kita. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang hanya mengenal Allah saat butuh, tetapi melupakan-Nya saat senang.
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (Qs An-Nahl: 92)
Janganlah ibadah kita hanya bertahan di bulan Ramadan, lalu hilang setelahnya. Mari kita jaga semangat ini agar terus tumbuh sepanjang tahun. - Berbagi dengan Sesama: Makna Sejati Kemenangan
Di hari yang penuh kebahagiaan ini, jangan lupa ada saudara-saudara kita yang masih kekurangan. Ada anak yatim yang merindukan kasih sayang. Ada fakir miskin yang bahkan tidak memiliki makanan untuk merayakan Idul Fitri.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Tak bosan-bosannya kita memanjatkan puji syukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan karunia sehingga terus berada dalam keadaan sehat wal afiat dan diberi umur panjang. Lebih dari itu semua, Allah masih memberikan kepada kita nikmat iman dan Islam yang patut kita syukuri dengan meningkatkan ketakwaan kita pada Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Qs Ali Imran: 102).
Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk muhasabah diri dengan memperbaiki ketakwaan kita,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs Al-Hasyr: 18)
Maksud ayat ini kata Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَانْظُرُوا مَاذَا ادْخَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ لِيَوْمِ مَعَادِكُمْ وَعَرَضَكُمْ عَلَى رَبِّكُمْ
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah apa yang telah kalian siapkan untuk diri kalian berupa amal shalih untuk hari di mana kalian akan kembali dan setiap amal kalian akan dihadapkan kepada Allah.”
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Bakda Ramadhan, kita diharapkan menjadi lebih baik. Ramadhan ibaratnya adalah seperti sekolah. Kemudian ketika kita selesai dari sekolah tersebut, kita mengaplikasikan amalan kita di bulan lainnya.
Karena namanya pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang bisa dipraktikkan. Istilah para ulama adalah,
ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”
Seharusnya kebaikan di bulan Ramadhan bisa berlanjut bakda Ramadhan.
- Shalat lima waktu bisa dilanjutkan dengan shalat lima waktu secara rutin.
- Shalat berjamaah (apalagi ditekankan bagi kaum pria) bisa dilanjutkan dengan shalat berjamaah bakda Ramadhan kecuali ada uzur, seperti hujan yang menyulitkan, sakit, dan darurat buang hajat.
- Shalat tarawih bisa dilanjutkan dengan shalat tahajud, bakda bangun tidur malam, bisa dengan rakaat yang kita mampu.
- Shalat witir bisa dilanjutkan bisa dilanjutkan dengan shalat witir bakda Ramadhan, bisa dilakukan bakda Isyak langsung, sebelum tidur, atau di akhir malam sebelum masuk Shubuh.
- Shalat rawatib 12 rakaat dalam sehari yang dijamin akan dibangunkan istana di surga bisa dilanjutkan bakda Ramadhan. Ingat, shalat qabliyah itu berarti shalat yang dilakukan ketika waktu shalat wajib itu masuk, yang penting masih di waktunya, bisa dilakukan sebelum ataukah sesudah shalat wajib. Sedangkan, shalat bakdiyah adalah shalat yang dilakukan bakda shalat wajib, tidak boleh sebelum shalat wajib.
- Membaca al-Qur’an pun bisa dirutinkan bakda Ramadhan, bagi yang punya hafalan bisa mengulang hafalannya di dalam shalat sunnah, atau bisa sambil memegang mushaf (seperti dalam gawai/ gadget) kemudian dibaca ketika shalat tahajud atau shalat Dhuha. Al-Qur’an pun bisa dibaca kala waktu senggang, begitu pula dibaca saat menunggu antrian daripada hanya sekadar melihat status medsos yang “unfaedah” (tak manfaat).
- Sedekah bisa dilanjutkan dengan sedekah berikutnya bakda Ramadhan.
- Puasa Ramadhan bisa disempurnakan dengan puasa Syawal agar mendapatkan pahala puasa setahun penuh, dengan catatan baiknya membayar qadha’ dahulu barulah puasa Syawal.
Pokoknya kebaikan di bulan Ramadhan, baiknya terus dilanjutkan.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Para hadirin rahimakumullah
Namun, cobaan sejatinya memang kita dapati bakda Ramadhan. Karena di bulan Ramadhan sendiri, maksiat itu berkurang dan kebaikan itu Allah mudahkan dengan ditandai terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka, serta setan diikat. Bakda Ramadhan, keadaan ini berbeda. Keadaan kembali mendapatkan ujian dengan mudahnya kita meninggalkan kebaikan, bahkan kewajiban, dan terjerumus dalam maksiat.
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah
Lihat saja apa yang terjadi bakda Ramadhan?
Kita kurang memperhatikan ibadah wajib. Kalau pun memperhatikan ibadah wajib, ada kekurangan dalam yang sunnah atau kita merasa “sudah lah cukup dengan wajib saja”. Kebiasaan kita juga menganggap maksiat bahkan dosa besar sebagai hal yang biasa. Inilah yang disebut ghaflah, lalai.
Ar-Raghib Al-Ashfahani rahimahullah berkata, “Ghaflah adalah kelalain karena sedikit menjaga diri dan kurang sadar.” Sedangkan, Al-Jirjani rahimahullah berkata, “Ghaflah adalah mengikuti hawa nafsu yang disukai.” (Mufsidaat Al-Quluub karya Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, hlm. 90)
Ada kelalaian yang keadaannya layaknya binatang ternak, hanya paham makan, minum, tidur, bersenang-senang, dan istirahat. Inilah yang Allah sebutkan,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (Qs Muhammad: 12).
Na’udzu billahi min dzalik, semoga Allah melindungi kita semua dari sifat semacam ini. Inilah yang disebut dengan ghaflah taammah, kelalaian yang sempurna.
Ada pula kelalaian yang sifatnya terkadang datang, terkadang hilang, seperti yang terjadi pada orang saleh. Kelalaian yang bisa langsung hilang karena ingat akhirat, kelalaian ini disebut ghaflah ‘aaridhoh. Dalam ayat disebutkan,
إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ إِذَا مَسَّهُمْ طَٰٓئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَٰنِ تَذَكَّرُوا۟ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Qs Al-A’raf: 201)
Ada juga kelalaian yang ada pada akhli maksiat atau orang fasik yang berulang terus menerus. Kelalaian seperti ini disebut ghaflah mutakarriroh. Kelalaian semacam ini perlu diingatkan kapan pun sehingga para ahli maksiat bisa kembali ke jalan yang benar, shirothol mustaqim.
Apa saja yang menyebabkan hati kita lalai?
Pertama: Ingin terus rehat atau beristirahat.
Kedua: Semangat dalam mencari kelezatan dunia hingga menerjang yang haram.
Ketiga: Karena sudah mati rasa terhadap dosa.
Keempat: Mengikuti hawa nafsu.
Kelima: Sibuk dengan kerja dan mencari nafkah.
Keenam: Waktu dihabiskan dengan permainan, games, dan gadget (gawai).
Ketujuh: Hidup mewah dengan pakaian, makanan dan kelezatan dunia.
Kedelapan: Cinta dunia dan merasa hidup lama.
Kesembilan: Berteman dengan orang-orang yang lalai (ghaflah).
Kesepuluh: Banyak sibuk dengan hal mubah.
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah
Karena sebab di atas bisa membuat kita lalai dalam berbagai bentuk kelalaian berikut ini.
- Enggan duduk dalam majelis ilmu untuk mempelajari agama.
- Enggan mempelajari al-Qur’an dengan membaca, memahami dan menghafalkannya serta mendalami ilmu di dalamnya.
- Enggan berdzikir kepada Allah.
- Enggan membaca dan menghafalkan dzikir yang bisa digunakan untuk melindungi diri.
- Lalai dalam memperhatikan niat.
- Beramal namun tidak memperhatikan manakah amalan yang lebih prioritas dari yang lainnya.
Cara untuk menghilangkan ghaflah (kelalaian), kelalaian hati
- Berada dalam majelis ilmu.
- Rajin berdzikir.
- Rajin berdoa.
- Shalat malam.
- Ziarah kubur.
- Tadabbur keadaan sekitar kita seperti merenungkan kematian yang ada di sekeliling kita.
- Mengingat surga dan neraka.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَر وَللهِ الحَمْدُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah
Kiat penting lainnya untuk menghilangkan ghaflah (kelalaian), kelalaian hati adalah berteman dengan orang saleh, berada di sekeliling orang baik, dan meninggalkan orang-orang yang ghaflah (lalai).
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan,
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Qs Al-Kahfi: 28)
Keadaan teman itu dalam mendukung menjadi baik sangat penting. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Arwah itu adalah bala tentara yang berlimpah dan bermacam (masing-masing ada kesesuaian dalam hal kebaikan dan keburukan). Yang sudah saling kenal (cocok), maka akan menyatu. Yang tidak saling kenal (tidak cocok), pasti akan berpisah.” (HR. Bukhari, no. 3158 dan Muslim, no. 2638).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan tentang hadits ini,
فَيَمِيل الْأَخْيَار إِلَى الْأَخْيَار ، وَالْأَشْرَار إِلَى الْأَشْرَار
“Orang baik akan cenderung berkumpul dengan orang baik. Orang jelek pun demikian akan berkumpul dengan orang jelek.” (Syarh Shahih Muslim, 16:185).
Teman yang paling dekat adalah pasangan suami istri, karena berada dalam satu atap dan selalu bersama.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Terakhir, yang dapat menguatkan istiqamah agar sekolah Ramadhan bisa terus berlanjut bakda Ramadhan adalah dengan terus berdoa. Coba lihat amalan sebagian ulama salaf yang luar biasa sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berikut ini,
ْكَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ، ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُم
“Para salaf selalu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar bisa diperjumpakan dengan bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah menerima amalan mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 369)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Semoga doa-doa kita dapat meneguhkan kita sehingga bisa terus istiqamah bakda Ramadhan. Semoga Allah memanjangkan umur kita dalam iman dan amal saleh, hingga diberikan kepada kita semua husnul khatimah.
ْأَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ
2X
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ “إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا”.
Bismillahirrahmanirrahim.
Ya Allah, ya Rahman, ya Rahim…
Di hari yang penuh berkah ini, kami datang kepada-Mu dengan hati yang penuh dosa, jiwa yang penuh cela, dan langkah yang sering menjauh dari-Mu.
Ya Allah…
Engkau yang Maha Pengampun,
Engkau yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dalam hati kami.
Betapa sering kami melupakan-Mu dalam kelapangan,
Namun menangis di hadapan-Mu dalam kesempitan.
Betapa sering kami mengecewakan-Mu,
Namun Engkau tetap setia membukakan pintu taubat bagi kami.
Ya Allah…
Kami ini hamba-Mu yang lemah.
Kami terlena dengan dunia yang sementara,
Kami sibuk mengejar kesenangan,
Namun lalai dari kewajiban kami kepada-Mu.
Ya Allah…
Ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa guru-guru kami, dan dosa semua orang yang telah berjasa dalam hidup kami.
Ampunilah kelalaian kami dalam menghormati ayah dan ibu,
Ampunilah ucapan kami yang pernah menyakiti hati mereka,
Ampunilah langkah kami yang sering menjauh dari mereka,
Padahal merekalah jalan surga kami.
Ya Allah…
Jika hari ini masih ada air mata yang bisa jatuh dari mata kami,
Jadikanlah air mata ini sebagai saksi taubat kami.
Jangan biarkan kami menangis di akhirat nanti karena penyesalan yang tak berguna.
Ya Allah…
Jika hari ini Engkau berkenan mengabulkan satu doa kami,
Maka kami mohon, ampuni kami sebelum datang hari di mana taubat tak lagi diterima.
Jangan biarkan kami kembali menjadi hamba yang lalai setelah Ramadan berlalu.
Ya Allah…
Jangan cabut nyawa kami kecuali dalam keadaan husnul khatimah.
Jangan pisahkan kami dari orang-orang yang kami cintai kecuali dalam keadaan iman.
Kumpulkan kami di surga-Mu, ya Rabb, bersama Rasulullah SAW,
Di tempat yang tidak ada lagi kesedihan dan perpisahan.
Ya Allah…
Kami rindu bertemu dengan-Mu dalam keadaan Engkau ridha kepada kami.
Kami rindu sujud terakhir kami menjadi sujud yang terbaik.
Kami rindu Ramadan ini menjadi Ramadan yang mengubah hidup kami.
Ya Allah…
Terimalah amal ibadah kami,
Jadikan hati kami lembut dalam ketaatan kepada-Mu,
Jadikan tangan kami ringan dalam berbagi dengan sesama,
Jadikan lisan kami basah dengan dzikir kepada-Mu.
Taqabbalallahu minna wa minkum…
Ya Allah, terimalah taubat kami, ampunilah dosa-dosa kami, dan jadikanlah kami hamba-Mu yang lebih baik setelah hari ini.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وَعَذَابِ القَبْرِ ، اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا ، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
Taqobbalallahu minna wa minkum, shalihal a’maal, kullu ‘aamin wa antum bi khairin. Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan