
PWMU.CO – Ratusan umat Islam dari berbagai penjuru Kota Madiun dan sekitarnya memadati Stadion Wilis untuk menunaikan salat Idul Fitri 1446 H yang diselenggarakan oleh Pemuda Muhammadiyah Kota Madiun. Acara yang penuh dengan kekhidmatan ini berlangsung sejak pukul 06.00 WIB, dipimpin oleh Imam Muhamad Alfani dan diisi dengan khutbah yang mendalam oleh Bayu Dwi Cahyono.
Dalam khutbahnya, Bayu Dwi Cahyono menekankan bahwa Idul Fitri bukan hanya sekadar perayaan setelah sebulan penuh berpuasa, melainkan juga saat yang tepat untuk merenungkan makna kemenangan sejati. Ia menjelaskan bahwa kemenangan hakiki bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang keberhasilan dalam mengendalikan hawa nafsu, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas ibadah serta hubungan sosial.
Makna Kembali ke Fitrah

Khutbah Idul Fitri yang disampaikan menekankan pentingnya kembali kepada kesucian diri. Idul Fitri sejatinya adalah momentum untuk membersihkan hati, memperbaiki niat, serta kembali kepada fitrah manusia yang suci. Bayu mengutip sabda Rasulullah ﷺ: “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ia mengingatkan bahwa kemenangan sejati bukan hanya dirasakan pada hari raya, tetapi harus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ia mengajak jamaah untuk terus menjaga kebiasaan baik yang telah dilatih selama Ramadan, seperti shalat tepat waktu, membaca al Quran, menahan amarah, dan meningkatkan ibadah sosial. Ramadan seharusnya menjadi madrasah kehidupan yang mengajarkan kedisiplinan dan kebaikan yang harus tetap dipertahankan setelah bulan suci berlalu.
Bayu juga menekankan bahwa fitrah manusia bukan hanya tentang kembali kepada kesucian spiritual, tetapi juga tentang bagaimana kita memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Saling memaafkan, menjauhi sifat iri dan dengki, serta memperkuat ukhuwah Islamiyah merupakan bagian dari proses kembali ke fitrah yang sesungguhnya.
Silaturahmi dan Kepedulian Sosial
Selain itu, khutbah juga menyoroti pentingnya menjaga tali silaturahmi dan meningkatkan kepedulian sosial. Dalam ajaran Islam, Idul Fitri tidak hanya menjadi ajang untuk bermaaf-maafan, tetapi juga momen berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama kaum dhuafa dan mereka yang membutuhkan. Bayu mengingatkan bahwa zakat fitrah yang telah dikeluarkan sebelum Idul Fitri merupakan simbol bahwa kebahagiaan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga harus dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Ia mengutip sabda Rasulullah ﷺ: “Puasa seseorang tergantung antara langit dan bumi, tidak diangkat kecuali dengan zakat fitrah.” (HR. Abu Dawud). Hal ini menunjukkan bahwa kesempurnaan ibadah Ramadan sangat erat kaitannya dengan kepedulian terhadap sesama. Semangat berbagi yang telah dipupuk selama Ramadan harus terus dilanjutkan, baik melalui zakat, sedekah, maupun berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
Tak hanya itu, Bayu juga menyinggung pentingnya membangun solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat. Ia mengajak umat Islam untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum mempererat hubungan dengan keluarga, tetangga, dan komunitas, serta menjauhi segala bentuk perpecahan yang dapat melemahkan persatuan umat. Islam mengajarkan bahwa kebersamaan dan persaudaraan merupakan pilar penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan penuh keberkahan.
Melanjutkan Semangat Ramadan

Sebagai penutup, Bayu mengajak jamaah untuk mempertahankan semangat ibadah setelah Ramadan. Ia menekankan bahwa kemenangan yang sejati bukan hanya diraih pada hari raya, tetapi juga ketika seorang Muslim dapat terus menjaga amal ibadahnya secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengingatkan hadits Rasulullah ﷺ: “Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya refleksi diri pasca-Ramadan. Apakah kita telah menjadi pribadi yang lebih baik? Lebih dekat dengan Allah? Lebih peduli kepada sesama? Pertanyaan-pertanyaan ini harus menjadi bahan renungan agar ibadah yang telah dilakukan tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi benar-benar membawa perubahan dalam kehidupan.
Acara salat Idul Fitri di Stadion Wilis berlangsung dengan tertib dan penuh kekhusyukan. Para jamaah yang hadir merasa mendapatkan pencerahan dari khutbah yang disampaikan, serta semakin termotivasi untuk menjaga kesucian diri dan terus berbuat kebaikan dalam setiap aspek kehidupan. Kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi besar bagi warga Kota Madiun, yang saling bermaafan dan berbagi kebahagiaan setelah menjalani sebulan penuh ibadah puasa.
Dengan semangat Idul Fitri, umat Islam di Kota Madiun diharapkan dapat meneruskan kebiasaan baik yang telah dibangun selama Ramadan, menjaga hubungan sosial yang harmonis, serta memperkuat keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Momentum ini juga menjadi titik awal untuk semakin meningkatkan ketakwaan dan memperbanyak amal sholeh dalam kehidupan sehari-hari. Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. (*)
Penulis Alvin Editor Amanat Solikah