PWMU.CO – Ada yang mengkritik Muhammadiyah itu tidak memiliki tradisi. Tapi di mata Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Biyanto di persyarikatan ini terdapat tradisi unggul yang berjalan selama ini.
Hal itu dikatakan Dr Biyanto dalam Refleksi Milad Muhammadiyah yang diadakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Penanggungan di TPI Nurul Huda Penanggungan Kota Malang, Ahad (12/11/2017). Acara dihadiri warga Ranting Muhammadiyah Penanggungan dan Angkatan Muda Muhammadiyah.
Menurut Biyanto, tradisi pertama adalah egalitarian. ”Di Muhammadiyah tidak mengenal darah biru, perbedaan suku dan latar belakang primordial lainnya, semua sama, egaliter,” ujarnya. Karena egaliter maka di persyarikatan ini juga tidak ada kultus individu, bahkan kepada Kiai Ahmad Dahlan sekalipun, termasuk ketua-ketua umumnya.
Baca juga : Lima Fondasi Islam Berkemajuan ala Muhammadiyah
Dakwah di Muhammadiyah itu, sambung Biyanto, berada di amal usaha yang banyak dibangun. Banyaknya amal usaha itumenandakan Muhammadiyah dipercaya oleh masyarakat. Selalu ada laporan pertanggungjawaban yang jelas dalam mengelola amal usaha. Misal klinik apung Said Tuhuleley yang sekarang memiliki lima unit kapal merupakan bukti kepercayaan masyarakat. ”Muhammadiyah itu seperti holding company, yang kaya adalah Muhammadiyah bukan perseorangan,” paparnya.
Dosen UIN Sunan Ampel itu juga memaparkan warga Muhammadiyah memiliki etos amal sholeh yang tinggi, pemurah, dermawan dan cinta sesama. Gerakan filantropisme dan volunterisme sangat kental di Muhammadiyah. ”Ibaratnya jika sepuluh orang Muhammadiyah berkumpul, maka bisa besoknya sudah jadi sekolah, masjid, panti asuhan dan sebagainya,” tegas Biyanto.
“Secara organisasi, Muhammadiyah tidak mengacu pada figur tertentu, itulah yang membuat Muhammadiyah bisa bertahan,” lanjut Biyanto. Banyak organisasi yang mengacu pada satu figur, kemudian goyah karena figur tersebut sudah tidak ada.
Biyanto menutup pemaparannya dengan ajakan untuk selalu mempertahankan tradisi unggul Muhammadiyah. Kemudian dilanjutkan dengan kutipan Let’s start from small thing, now and ourself yang diucapkan berama-sama oleh semua peserta yang hadir. (nuzula)