PWMU.CO – Siti Agustini terlihat gelisah, ketika jarum jam sudah menunjuk angka 21.00 masih ada anggota rombongan belum kumpul di tempat yang disepakati bersama. Istri Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Tamhid Masyhudi itu sudah tidak sabar lagi mau ke Raudhah.
Apalagi guru SMAMDA Sidoarjo tersebut mendapat amanah, titipan doa dari beberapa murid dan koleganya. “Salah satu muridku minta didoakan bisa diterima kuliah di perguruan tinggi negeri,” tutur Agustin memberikan contoh.
Pantas saja ia khawatir waktunya habis mengingat tepat pukul 23.00 pintu Raudhah ditutup untuk kaum wanita. Raut muka gelisah juga tampak pada anggota rombongan lainnya, tak terkecuali istri saya Luluk Humaidah. “Aku juga dapat titipan untuk minta didoakan agar cepat jodohnya.”
Daya pikat Raudhah memang luar biasa. Simbol antusiasme Medinah ini menyerupai Ka’bah di Mekah. Jutaan manusia dari berbagai belahan dunia yang sedang haji atau umrah, berebut masuk untuk shalat dan berdoa di sana.
Ruangan berukuran 22×15 meter itu berada di dalam Masjid Nabawi. “Di antara rumahku dan mimbarku ada raudlah (taman) di antara taman-taman surga,” kata Rasulullah dalam Hadits Riwayat Imam Bukhari.
Area Raudhah kini ditandai tiang-tiang putih dengan ornamen kaligrafi yang khas dan karpet hijau yang menutup lantainya. Warna karpetnya berbeda dengan karpet di area lain yang semuanya merah. Tengara lokasi yang bisa dilihat dari luar masjid berupa kubah hijau, di bagian masjid paling selatan. Letak Raudhah bersebelahan dengan makam Nabi Muhammad SAW. Tidak jauh dari situ, terletak makam sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khathab.
Bukan hal mudah untuk bisa memasukinya. Perlu kesabaran ekstra, mengingat sempitnya ruang dan banyaknya orang yang mau masuk ruangan. Terkadang seseorang perlu waktu lebih dari satu jam untuk melewati beberapa pos antrian panjang yang dijaga aparat keamanan, kecuali sedang memperoleh keberuntungan, yaitu tiba di lokasi tepat pada saat penyekat antrian dibukakan. Seperti, pengalaman kami Rabu, (15/11/17) malam waktu Saudi.
Setelah di dalam pun tidak berarti bisa shalat dan doa secara leluasa. Rukuk dan sujud sulit dilakukan normal lantaran ada banyak jamaah lain berdiri berdempetan di depan kita. Kepala dilangkahi dan tangan terinjak jamaah lain merupakan pemandangan biasa. Waktu di dalam pun cukup singkat sekitar 8 menit saja. Lebih lama dari itu pasti akan diusir petugas jaga.
Waktu sesingkat itu tentu tidak cukup bagi jamaah yang dalam berdoa harus menyebut satu persatu nama-nama mereka yang minta didoakan. “Saya pernah melihat jamaah membawa daftar nama yang panjang untuk disebut dalam doanya. Sehingga belum selesai dibaca semua, sudah habis waktunya,” cerita salah seorang pembimbing wanita. Mengantisipasi kasus tersebut, perempuan asal Banjarmasin itu menyarankan tidak perlu harus menyebut nama satu persatu dalam doa, tapi cukup doa yang bersifat umum saja.
Sebenarnya tidak ada nash qath’i tentang keutamaan shalat atau berdoa di Raudhah, selain hadits keutamaan shalat di masjid Nabawi. “Shalat di masjidku ini lebih utama daripada shalat di masjid-masjid lain, kecuali di Masjid Ailharam,” (HR. Ahmad). [Nadjib Hamid]