PWMU.CO – Salah satu syarat bagi kontributor PWMU.CO yang terpilih untuk lawatan ke luar negeri adalah menulis berita berunsur PPK atau Penguatan Pendidikan Karakter, yang menjadi program unggulan Kemdikbud di bawah Menteri Muhadjir Effendy.
Memenuhi syarat itu, Ria Eka Lestari, salah satu kontributor terpilih, melakukan liputan pada salah satu madrasah (sekolah) yang cukup unik. Menempuh jarak 18 KM dari Kota Gresik dengan sepeda motor kesayangannya, Tari—panggilan akrabnya—mendapat liputan eksklusif ini. Selamat menikmati. Redaksi.
***
“Bith,” sapaku.
“Dalem,” jawabnya dalam bahasa Jawa sambil menggambar jaring-jaring kubus.
“Ke sekolah jalan kaki kah?” tanyaku.
“Mboten,” jawabnya singkat.
“Dijemput ibu?” lanjutku memancingnya berkata-kata yang lain.
“Enggeh,” jawab Robith sambil sesekali melihatku.
Ada rasa yang tak biasa saat aku dengar jawaban-jawaban siswa kelas 2 ini. Mungkin karena aku tak biasa mendengar bahasa itu keluar dari mulut anak kecil seusianya. Tapi aku bangga akan kesantunannya.
Moh Robith Shiroth Al Hikam. Kepindahannya dari sekolah asal membuat Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Islamiyah Desa Kramat Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik Anifatul Umami SPdI penasaran.
“Anak-anak MI mriki niku (di sini itu) sopan-sopan. Kulo nggih kepingin kagungan putra ngoten niku (saya juga ingin punya anak seperti itu),” ucap Ani—panggilan akrabnya—menirukan jawaban ibu Robith saat ditanya alasan memindahkan putranya ke MI Al Islamiyah Kramat.
Kepadaku, Ani menceritakan ibu Robith yang kagum melihat sikap anak-anak saat membeli jajan di warung miliknya, tak jauh dari sekolah. “Padahal rumah Robith paling jauh dari sini. Di desa sebelah, Tanggulrejo. Sudah masuk Kecamatan Manyar,” imbuhnya.
Di awal kepindahannya, Robith memiliki sikap yang jauh berbeda siswa MI Al Islamiyah Kramat. Bahasa lisannya pun demikian. “Awalnya kami takut Robith membawa pengaruh negatif di sini. Tapi melihat alasan ibunya memindahkan, kami yakin bisa membina Robith,” tandas Ani.
Bersama 5 teman sekelasnya, Robith perlahan-lahan mengikuti pembiasaan-pembiasaan yang belum pernah ia lakukan di sekolah asalnya. Guru kelas Robith, Nahwiyah SPdI, mengaku agak kesulitan mengendalikannya di awal. “Mbules dan usil. Berkatanya juga agak kasar. Jadi harus sering mengingatkan dengan sabar,” tuturnya.
Sekolah yang berjarak kurang lebih 7 km dari jalan raya nasional Gresik-Lamongan ini telah membuktikan keunggulannya pada masyarakat sekitar. Terpisahkan deretan tambak, jalan sempit yang sedikit berkerikil, dan masuk jauh ke dalam pemukiman penduduk. Hampir dua kali aku salah arah akibat tidak adanya petunjuk arah menuju Desa Kramat.
Tetapi semua itu terbayar sudah dengan kehadiran siswa-siswinya yang unggul dalam akhlak. Ya, akhlakul karimah adalah satu keunggulan yang bisa dirasakan langsung oleh warga, termasuk diriku saat itu, Selasa (14/11/2017).
Jumlah siswa yang hanya mencapai 23 anak tak lantas membuat 8 guru di dalamnya berputus asa. Pembiasaan-pembiasaan yang bersifat religius seperti hafalan surat pendek, shalat Dhuha, berjamaah Dhuhur tepat waktu rutin mereka kawal.
Peringatan hari besar nasional pun mereka semarakkan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri anak-anak. Pembekalan keterampilan hidup melalui kegiatan ekstrakurikuler melatih kemandirian siswa. Jujur dalam segala hal menguatkan integritas moral.
Lantai sekolah yang belum berkeramik mengharuskan seluruh warga sekolah mengagendakan kegiatan mengepel bersama-sama.
“Biasanya setiap satu bulan sekali dan saat mau ada kegiatan atau kunjungan. Ya … anak-anak ikut membantu semua Mbak,” tutur Ani sambil menunjukkan kondisi lantai. Ada nilai gotong-royong yang tersirat dalam kegiatan ini.
Lengkap sudah 5 nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diterapkan secara holistik di sekolah ini. Saling berkaitan membentuk jejaring nilai satu sama lain hingga hasilnya tampak dan bisa dirasakan oleh masyarakat.
Menjadi sekolah berkarakter tak harus bergedung megah, bersiswa banyak, berbiaya tinggi, ataupun dengan seabrek kegiatan. Keistiqamahan dalam pembiasaan-pembiasaan sederhana dan keikhlasan menjadi penting akan keberhasilan pembentukan karakter di dalamnya.
Pak Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (atau Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin), jika ada pemilihan sekolah berkarakter, saya usul madrasah di pelosok Ini layak dapat juara.
Selamat menjadi sekolah berkarakter, MI Al Islamiyah (Muhammadiyah) Kramat! (*)