PWMU.CO – Dalam resepsi milad Muhammadiyah ke-105 M/108 H di PW Muhammadiyah Jatim (11/11), Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Hajriyanto Y. Thohari MA, memberi amsilah ringan tentang politik. Menurutnya, konsep politik itu apa adanya. Cinta tak kurang puja, benci tak kurang maki seperti yang diterapkan Amien Rais.
Kemudian juga ada kritik keras Ketua Umum PP Muhammadiyah DR Haedar Nashir tentang kekuasaan Mahkamah Konstitusi (MK) yang baru saja melegalkan “aliran kepercayaan” setara dengan agama. Dulu warga Indonesia cemas dengan 592 anggota MPR akan berbuat konspirasi, tapi kini hanya 9 orang yang punya kekuasaan melebihi Tuhan. Sebab, jika MK sudah memutuskan sebuah kebijakan, tidak dapat digugat.
Inilah 7 berita terpopular PWMU.CO dalam sepekan November II 2017, 10-16 November 2017:
1. Politik Itu seperti Amien Rais dalam Cinta dan Benci
Kata Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y. Thohari MA, konsep politik itu apa adanya. Cinta tak kurang puja, benci tak kurang maki seperti yang diterapkan Amien Rais. “Beliau sangat menyukai politik tapi tidak gila kehormatan dan mengharapkan kesenangan saja, Amien Rais menerima apapun caci makian orang terhadap dirinya,” katanya.
Politik, tuturnya, adalah metodologi menyelesaikan konflik atau masalah. “Mblegedes kalau politik tanpa masalah, karena politik itu ya masalah dan penyelesaikan masalah.”
Berita selengkapnya di sini: Politik Itu seperti Amien Rais: Cinta Tak Kurang Puja, Benci Tak Kurang Maki
2. Donald Trump Baru Tahu Ada Muslim yang Ramah
Presiden Amerika Donald Trump yang dikenal rasis dan anti Islam, ternyata luluh hatinya ketika bertemu seorang muslim Indonesia. Karena sang muslim tampak sangat santun dan lembut. Tidak kasar dan buruk, seperti yang selama ini digambarkan media.
Pria Indonesia yang bertemu dengan Trump itu adalah Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali. Bersama seorang temannya yang beragama Budha, dia mendatangi Trump, untuk melakukan pembelaan terhadap Islam yang selalu dipersepsikan buruk di Amerika.
Berita selengkapnya di sini: Donald Trump Baru Tahu Ada Orang Islam yang Ramah setelah Bertemu Muslim Indonesia
3. Ketum PP Muhammadiyah Kritik Kekuasaan Tak Terbatas MK
Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir punya pandangan menarik tentang Mahkamah Konstitusi (MK), saat memberi ceramah dalam perayaan Milad Muhammadiyah ke-108 di Kantor PWM Jatim Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (11/11/17),
Menurutnya, MK sekarang ini menjadi institusi yang paling berkuasa di Indonesia. “Kalau ada banyak hal genting baik yang menyangkut substansi dan materi konstitusi, perundang-undangan, nasibnya ada di MK.”
Berita selengkapnya di sini: Kritik Haedar Nashir, Kekuasaan MK Melebihi Tuhan
4. Antara Jenggot Ideologis dan Asesoris
Terkait soal keberagaman warga Muhammadiyah, Wakil Sekretaris PWM Jatim DR Biyanto mengatakan bahwa itu hal yang lumrah. Menurut dia, perbedaan-perbedaan pendapat itu bisa jadi sebuah berkah untuk memicu kemajuan.
Biyanto memaparkan 3 kelompok besar yang mewarnai keberagaman warga Muhammadiyah. Yaitu salafi, wasathiyyah, dan liberal. Termasuk dalam pemaknaan jenggot misalnya, juga terdapat pemahaman dan tafsir yang berbeda. “Perlu diketahui kalau jenggot ini ada dua, yang ideologis dan sekadar aksesori.”
Berita selengkapnya di sini: Soal Jenggot, Ternyata Ada yang Ideologis dan Asesoris
5. Berseragam HW, Mendikbud Buka Festival Malang Tempo Doeloe
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, membuka rangkaian festival Malang Tempoe Doeloe (MTD) di Jalan Ijen Malang, Ahad (12/11). Bersama wali kota dan jajaran pemerintah setempat, semua memakai pakaian zaman dulu. Mendikbud sendiri mengenakan pakaian seragam kepanduan kebanggaan Muhammadiyah, Hizbul Wathan (HW).
Menurutnya, pada tahun 1947 di daerah Malang pernah terjadi pertempuran sengit melawan Belanda. Para pelajar yang saat itu ikut berperang berguguran. “Itulah sebabnya jalan ini yang dulu bernama Jalan Salak diganti menjadi Jalan Pahlawan TRIP yang merupakan singkatan dari Tentara Republik Indonesia Pelajar.”
Berita selengkapnya di sini: Kenakan Seragam HW, Mendikbud Buka Festival Malang Tempo Doeloe
6. Politik Tak Cukup Elektabilitas, tapi Juga Harus Tebal Isi Tas
Untuk menjadi pejabat di Indonesia harus punya modal besar. “Tidak cukup dengan integritas dan elektabilitas karena yang terpenting adalah isi tas.” Pernyataan itu disampaikan Wakil Sekretaris PWM Jatim DR Biyanto dalam acara Refleksi Milad Muhammadiyah ke-105 M di Ranting Muhammadiyah Penanggungan, Malang (12/11/17).
“Budaya politik kita sekarang ini menganut prinsip cash and carry. Bayar dulu baru dapat barang. Artinya siapa yang bisa memberi uang cash dialah yang akan dipilih,” ujarnya. Yang lebih memprihatinkan, prinsip seperti itu juga menghinggapi para tokoh masyarakat. “Kata Pak Mu’ti, sekarang ini selain ada kyai khos juga ada kyai cash.”
Berita selengkapnya di sini: Lucunya Politik Ini: Tak Cukup Elektabilitas, Jadi Pejabat Harus Tebal Isi Tas
7. Pelajar Muhammadiyah Sabet Juara Robot di Jepang
3 siswa SD Muhammadiyah 1 Ponorogo berhasil memborong medali pada ajang International Islamic School Robotic Olympiad (IISRO) 2017 yang dilangsungkan di Tokyo, Jepang, (10-11/11). Raynoor Favian Jiwani, Dhuha Alif Ramadhani, dan Caesar Wahyu Aji Wibisono meraih medali emas dalam cabang Robot RC Soccer Junior dan medali emas pada cabang Robot Sumo Junior kelas beregu.
Untuk perorangan, Raynoor meraih emas Robot Gathering Junior, dan perunggu Robot Maze Solving Junior. Dhuha meraih medali perak dalam Robot Gathering Junior dan perunggu Robot Maze Solving Junior. Adapun Caesar meraih medali perak Robot Gathering Junior dan perak Robot Maze Solving Junior.
Berita selengkapnya di sini: Pelajar Muhammadiyah Sabet Juara Robot di Jepang.
Semoga bermanfaat. (iqbal abqaraya)