PWMU.CO – Sabtu pagi (18/11), kawasan Tugu Pahlawan Surabaya dipadati oleh warga dan simpatisan Muhammadiyah. Datang dari berbagai penjuru Surabaya, mereka sedang berpartisipasi dalam apel akbar Milad ke-105 M/ 108 H Muhammadiyah.
Selain para pimpinan di tingkat daerah, cabang, dan ranting, mereka yang memadati kawasan ini adalah guru dan siswa sekolah Muhammadiyah, serta karyawan di amal usaha lainnya.
Mengawali amanat apel, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya DR Mahsun Djayadi yang bertindak sebagai inspektur apel, menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan apel. Salah satunya adalah peserta apel yang hanya dibatasi pada angka 8.888 peserta.
(Baca juga: Milad Muhammadiyah ke-105 M: Pilih Bebek, Kuda, atau Harimau Jelang Tahun Politik?)
Padahal merujuk berbagai AUM di Kota Surabaya, baik sekolah, rumah sakit, klinik, panti asuhan, dan sebagainya, tentu saja angka 8.888 merupakan jumlah yang sangat sedikit. “Selain karena keterbatasan lokasi, juga karena angka 8 punya spirit yang mendalam bagi Muhammadiyah,” jelas Mahsun kepada peserta apel tentang .
Bagi Muhammadiyah, lanjut Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu, angka 8 punya makna filosofis bagi perkembangan Muhammadiyah hingga mampu menapaki usia 105 tahun miladiyah atau 108 tahun hijriyah itu.
“Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 8 Dzulhijjah 1330 H,” terang Mahsun. “Jadi, Muhammadiyah didirikan pada tanggal 8,” tegas Mahsun tentang makna filosofis angka 8.
Selain menjelaskan angka 8 (Dzulhijjah) sebagai tanggal kelahiran Muhammadiyah, Mahsun juga menyampaikan argumen penyelenggaraan acara di Tugu Pahlawan. “Tugu Pahlawan adalah simbol kepahlawanan arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah.”
“Spirit arek-arek Suroboyo ini harus diambil arek-arek Muhammadiyah dalam membangun peradaban yang lebih baik dalam beragama, berbangsa, dan bernegara dalam bingkai NKRI,” tegas Mahsun yang berpakaian adat Suroboyo-an saat menjadi inspektur apel.
Dirgahayu Muhammadiyah, selalu jaya di bumi pertiwi! (fery & abqaraya)