PWMU.CO – Selain menghadirkan berbagai kemanfaatan dan sisi-sisi positif, era digital juga menyuguhkan berbagai hal negatif. Karena itu, keberadaan orangtua menjadi mutlak untuk mengarahkan dan melindungi anak dari paparan sisi negatif penggunaan teknologi digital. Tentu saja tanpa harus menghalangi potensi manfaat yang ditawarkan oleh era ini.
“Orangtua diharapkan mampu melindungi anak-anak dari ancaman era digital, tapi tidak menghalangi potensi manfaat yang ditawarkan,” begitu seru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia dalam buku saku “Mendidik Anak di Era Digital”.
Setidaknya ada 8 ancaman era digital yang harus mendapat perhatian orangtua agar sang anak tetap tumbuh normal. Pertama, kesehatan mata anak. “Paparan berlebihan terhadap penggunaan telephon pintar dapat memicu penglihatan yang buruk,” jelas buku saku ini.
Ancaman yang kedua adalah masalah tidur. Masalah tidur anak dapat terjadi karena (a) lamanya melihat layar digital, (b) dampak isi media digital. Ancaman ketiga adalah kesulitan konsentrasi. Sebab, penggunaan media digital memiliki efek pada keterampilan mengubah perhatian anak, sehingga bisa meningkatkan perilaku terlalu aktif dan kesulitan untuk berkonsentrasi. Ancaman keempat adalah menurunnya prestasi belajar sang anak jika berlebihan dalam penggunaan media digital.
Ancaman kelima yang tidak kalah mengerikan adalah masalah perkembangan fisik sang anak. Setidaknya ada 2 masalah yang perlu diperhatikan terkait perkembangan fisik generasi digital ini. Penggunaan teknologi digital membatasi aktivitas fisik yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang yang optimal.
“Anak sering menahan lapar, haus, dan keinginan buang air sehingga mengganggu sistem pencernaan, yang menyebabkan ketidakseimbangan bobot tubuh. Baik terlalu gemuk atau terlalu kurus,” jelas buku saku “Mendidik Anak di Era Digital” itu.
Ancaman yang keenam adalah masalah perkembangan sosial. Anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit bergaul secara langsung. “Anak memiliki kesulitan mengenali berbagai nuansa perasaan.”
Ancaman selanjutnya terjadi pada masalah perkembangan otak. Adalah penting bagi anak-anak untuk menyeimbangkan antara bermain di perangkat digital dan bermain di dunia nyata. Ancaman kedelapan adalah masalah penundaan perkembangan bahasa anak. “Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media digital bisa menunda perkembangan bahasa anak, terutama untuk anak-anak usia 2 tahun dan di bawahnya.”
Serial Lengkap:
1) Imigran Digital Lahirkan Generasi Digital, Berikut 4 Cirinya
2) Bahaya Rela Tahan Lapar, Tahan Pipis…
3) 9 Cara Pendampingan, Terbuka & saling Percaya
4) 10 Kiat Mendidik Anak Usia 1-3 Tahun di Era Digital
5) 7 Kiat Mendidik Anak Usia 4-6 Tahun di Era Digital
6) 8 Kiat Mendidik Anak Usia 8-12 Tahun di Era Digital
7) 10 Kiat Mendidik Anak Usia 12-18 Tahun di Era Digital
Terkait dengan 8 ancaman media digital ini, Direktur Eksekutif Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP), Rohman Budijanto menyatakan tantangan terberat era digital adalah bagaimana membuat kita semua, tak hanya anak-anak, tetap tertarik dengan kehidupan sosial dan interaksi antarmanusia secara langsung.
“Jangan sampai, misalnya, melayat, aqiqahan, atau khitanan diganti sekadar ucapan di WA. Saksikan jenazah yang diturunkan ke liang kubur. Nikmati sate gule aqiqahnya. Salami, cium, dan beri sangu anak yang dikhitan…” jelas Rohman Budijanto kepada PWMU.CO (22/11).
“Silaturrahmi manual dan kehangatan hubungan antarmanusia ini yang patut dijaga kelestariannya sampai yaumil akhir,” pungkas wartawan senior Jawa Pos ini. (paradis)