PWMU.CO – Menjelang Subuh Kamis (23/11/2017) ini saya menuju Kakbah untuk thawaf. Jamaah thawaf ternyata berjubel. Semua area di lingkaran Kakbah penuh. Berikut adalah catatan Redaktur PWMU.CO, Sugeng Purwanto, yang saat ini sedang berumroh.
Niat saya pagi ini usai shalat Subuh bisa masuk Hijr Ismail sebab Subuh kemarin gagal karena mendung dan gerimis.
Selesai tujuh putaran, saya teruskan berjalan mendekati pintu Hijr Ismail di Rukun Syami yang biasanya dibuka usai shalat. Ternyata saat itu juga pintu sudah dibuka meski baru pukul 04.45.
Lokasi Hijr sudah penuh orang. Segera saya mengikuti barisan orang yang berdesakan masuk. Berhasil. Saya dan beberapa orang berdiri dekat dinding Kakbah. Di belakang dan samping orang-orang shalat sebisa-bisanya karena tak ada tempat untuk sujud.
Di dinding Kakbah orang-orang yang memeluk, mencium, mengusap, menulis nama, diusir oleh askar. Maka ada ruang sangat longgar di depan. Saya dan orang-orang yang berdiri di situ langsung cepat-cepat shalat. Berdoa sebentar. Arus orang masuk padat lagi berdesakan di depan saya. Tak bisa shalat lagi.
Saya berdiri lalu beringsut ke belakang mepet ke tembok marmer berbentuk busur yang membatasi area Hijr Ismail. Maksud saya bertahan di situ untuk shalat Subuh. Ternyata askar mengusir semua orang. Waktu shalat area ini harus kosong.
Orang yang berdiri didorong keluar. Tapi yang masih shalat dibiarkan. Ketika sudah banyak yang keluar, ruang menjadi sangat longgar. Agar tak diusir segera saya shalat sunnah lagi kali ini dengan sangat tenang. Usai shalat dan berdoa segera keluar dengan perasaan puas dan lega. Jam di menara menunjukkan pukul 05.05. Dua puluh menit saya di tempat itu.
Pengalaman pagi ini beda dengan kemarin. Sebelum memasuki Hijr Ismail, saya survei dulu melalui lantai tiga area thawaf. Waktu survei saat shalat Magrib. Ternyata pintu Hijr Ismail dibuka begitu imam usai mengucapkan salam. Pintu yang dibuka di sebelah Rukun Syami. Begitu juga yang terjadi ketika selesai shalat Isya.
Hijr Ismail menurut sejarah tempat Nabi Ismail mengumpulkan batu-batu untuk merenovasi Kakbah. Tempatnya antara Rukun Syami dan Rukun Iraqi. Sekarang ditandai dengan tembok marmer membentuk setengah lingkaran. Di atas area ini ada talang Kakbah untuk mengalirkan air dari atap. Talang ini dikenal dengan pancuran emas.
Di sebelah Hijr Ismail dekat multazam ada maqam Ibrahim. Bukan kuburan Nabi Ibrahim tapi bekas tapak kaki Nabi Ibrahim saat memperbaiki Kakbah. Bekas tapak di atas batu itu disimpan dalam kurungan kaca.
Selesai survei dan mengenal situasinya, saya rencanakan memasuki Hijr Ismail Rabu Subuh. Ternyata malam hujan deras sekitar satu jam antara pukul 24.00-01.00. Menjelang Subuh saat adzan pertama saya memasuki Kakbah untuk thawaf. Selesai thawaf segera mengambil shaf persis di Rukun Syami dekat pintu Hijr Ismail. Sudah banyak jamaah berdiri di tempat itu dengan niat sama.
Selesai shalat Subuh, orang langsung bangkit menuju pintu. Berdesakan menunggu Askar membukanya. Tapi pagi itu ditunggu-tunggu tak langsung dibuka seperti biasanya. Jamaah sudah mendorong-dorong makin sesak. Askar memanggil cleaning service untuk mengepel lantai Hijr Ismail yang basah. Air menetes berasal dari pancuran emas. Mengepel selesai, pintu belum juga dibuka. Askar menjawab, lantai basah terus kena tetesan air.
Langit mendung. Gerimis lembut mulai turun. Lewat HT, Askar menghubungi komandannya. Kemudian memberitahu jamaah pintu dibuka satu jam lagi. Berarti pukul 07.00. Saya memutuskan pulang. Ternyata hari ini Allah menggiring saya memasuki Hijr Ismail. (*)