PWMU.CO – Ini peristiwa bersejarah: 1000 santriwati Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta turun ke jalan, Sabtu, (25/11/17).
Seribu santri itu terdiri dari: kelas VII 212, kelas VIII 217, Kelas IX 187, kelas X 140, Kelas XI 128, dan kelas IX 193. Total ada 1.077.
Dalam aksi itu mereka menyebar ke 4 titik, yaitu di Pasar Ngasem, Jalan Malioboro, Alun-Alun Kidul, dan Parkiran Ngabean, Yogyakarta.
Apa yang mereka tuntun dalam aksi turun ke jalan itu? Ah, ternyata bukan menuntut, mereka justru memberi (manfaat).
Ditemani rintik hujan, ke-1000 santri perempuan itu membersihkan sampah dan membagikan nasi bungkus kepada abang becak, pemulung, dan gelandangan yang ada di sekitar titik-titik aksi tersebut.
Bukan berhenti di situ. Usai bersih-bersih dan bagi-bagi, mereka malakukan teaching on the street alias belajar atau mengambil pelajaran di jalanan. Mereka belajar tentang kehidupan pada “guru-guru” yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di jalan, seperti abang becak dan pemulung.
Dengan itu, diharapkan tumbuh kesadaran tentang arti nikmat, perjuangan, dan syukur. Seperti yag dirasakan oleh Fadia Ailsa, santriwati Kelas XI. “Aku sangat senang mengikuti kegiatan turun ke jalan ini. Sebab aku dapat menjadi lebih bersyukur,” ujarnya.
Aksi turun ke jalan alias turba itu adalah rangakain peringati Hari Guru Nasional yang jatuh tiap tanggal 25 November.
Sebelum turba, para santriwati mengikuti apel. Dalam amanatnya, dari Wakil Direktur III Bidang Kesiswaan, Unik Rosyidah menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini adalah bukti dari militansi kader. “Walaupun hujan tidak menjadi alasan bagi kita untuk tidak berbagi dan berkegiatan yang mengandung nilai kebermanfaatan,” ujarnya.
Iinilah, tambah dia, salah satu pembelajaran dari surat Al Ma’un yang diajarkan dan dipraktikkan KH Ahamda Dahlan. Harus kita pertahankan,” pesannya.
(Zuvita/Shabrina/Ulin)