PWMU.CO – Umat Islam di Indonesia dewasa ini penting untuk memperkuat 4 fondasi masyarakat Islam, yaitu masjid (spiritualitas), pasar (perekonomian), pendopo (politik), dan alun-alun (sosial).
“Jika ingin membangun peradaban yang berkemajuan, maka keempat fondasi itu harus dikembangkan dan dikonsolidasikan.”
Demikian disampaikan Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Ainur Rafiq Sophiaan SE MSi pada Pengajian Ahad Pagi PCM Kertosono, Ahad (26/11).
“Problem umat semakin kompleks dan banyak sehingga membutuhkan sinergi dari keempat fondasi itu demi mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” katanya.
Ainur—panggilan akrabnya–mengatakan, masyarakat Islam kerap dinamai sebagai wujud konkret konsep Al Ummat. Umat Islam disebut umat terbaik (QS 3:110), umat moderat dan adil (QS 2: 143), dan umat yang bersatu padu (QS 21: 92).
“Trilogi keummatan (khairu ummah, ummatan wasathan, ummatan wahidah) itu menjadi alasan seharusnya kaum muslimin itu menjadi subyek dan bukan obyek pembangunan,” tegasnya.
Dia menguraikan, merujuk kepada disain masyarakat Madinah yang dibangun Rasululullah Muhammad saw pascahijrah, masjid menjadi fondasi pertama dan utama disusul fondasi sosial dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor.
“Kemudian dilengkapi dengan fondasi perekonomian dan Perjanjian Madinah 47 pasal yang merupakan konsensus politik antara umat Islam dan Yahudi,” terang dia.
Ainur yang juga Dosen FISIP UPN Surabaya ini mengingatkan, di banyak kota dan kabupaten di Jawa, masjid, pendopo, pasar, dan alun-alun biasanya ada dalam satu kompleks berdekatan. Artinya, secara simbolis praktik politik, perdagangan, dan kegiatan sosial harus dilandasi spirit dan etika keagamaan. Tidak berjalan terpisah seperti sekarang.
“Keputusan MK soal Aliran Kepercayaan baru-baru ini membuktikan betapa putusan itu sama sekali telah keluar dari semangat keberagamaan. Kapitalisasi politik dan liberalisasi ekonomi nasional yang tidak berpihak pada rakyat mayoritas jelas juga merugikan umat,” tandasnya.
Padahal, lanjutnya, Pancasila yang mencantumkan sila ketuhanan pada urutan pertama berarti menjadi sumber inspirasi dan aspirasi praktik kebangsaan dan kenegaraan. “Mengutip M. Hatta, sila ketuhanan memimpin sila-sila berikutnya. Sebab itu, nilai agama harus dijadikan spirit kebijakan negara.
Ke depan, saran Ainur, umat harus mengembangkan sikap produktif dalam penguasaan aset ekonomi, konstruktif dalam membangun relasi sosial, dan bersikap etis dalam berpolitik.
“Dari masjid kita bangun kekuatan ekonomi, politik dan sosial yang berpihak pada umat dan rakyat,” pungkasnya. (MN)