PWMU.CO – Menyikapi lesunya perkembangan dunia literasi di Indonesia, khususnya di Bangkalan-Madura, Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (RPK PC IMM) Bangkalan berkolborasi dengan
An-Nur Community mengadakan bedah buku berjudul: Nalar Kemanusiaan Nalar Perubahan Sosial.
Buku karya Piet Hizbullah Khaidir ini dikupas tuntas di Aula Balai Penyuluhan Kecamatan Kamal, Bangkalan-Madura, Ahad (27/11/2017). Hadir sebagai nasumber penulis buku.
Piet menguraikan secara detail isi bukunya tersebut. Ia menjelaskan, mengapa nalar kemanusiaan itu perlu hadir sebagai bentuk jawaban permasalahan sosial yang ada.
Piet meyakini perubahan sosial merupakan nalar yang niscaya dalam pergulatan beragama, interaksi sosial, kebudayaan, politik, dan ekonomi.
Dengan kata lain, nalar perubahan sosial dalam berbagai macam bidang itu merupakan nalar kemanusiaan.
“Perubahan sosial adalah tradisi kemanusiaan. Sedangkan nalar kemanusiaan merupakan paradigma yang harus menyertai setiap pemancangan perubahan sosial itu,” ujar Piet di hadapan puluhan mahasiswa se-Bangkalan.
Nalar Kemanusiaan, lanjutnya, sebagai refleksi sosial serta teladan bagi masyarakat secara umum sebagai bentuk peejewantahan pola pikir kita untuk bergerak memberikan perubahan secara holistik.
Piet pun menyandarkan sebuah harapan kepada pemuda zaman ini, khususnya mahasiswa Muhammadiyah agar semakin rajin membaca buku sebagai landasan ilmu pengetahuan dan bekal berfikir yang lebih luas. Selain itu, mahasiswa Muhammadiyah diharapkan memiliki keyakinan kuat terhadap diri sendiri.
“Kalian ini adalah generasi yang akan mampu memberikan cahaya bagi umat manusia, maka dari itu perbanyak membaca dan perdalam ilmu pengetahuan sebagai bentuk pengembangan kapasitas diri,” pesannya.
Di sisi lain, sebagai penelis, Fuad Fahmi Hasan, Founder Urban Care Community yang juga Ketua Yayasan Seribu Senyum ini membedah buku tersebut dari sudut pandang praksis gerakan sosial.
Menurut Fuad, pemuda zaman sekarang masih terjebak dengan kemajuan teknologi yang cenderung pragmatis sehingga terkurung dalam dialetik dan retorika tanpa ada tindakan yang nyata.
“Perlu adanya gerakan creative minority yang membuat gelombang-gelombang perubahan bukan hanya sekedar ombak-ombak kecil yang ketika sampai ke pantai tidak mengubah apa-apa,” tuturnya pria yang sudah kenyang pengalaman dalam gerakan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat ini.
Fuad menyatakan, melalui praksis gerakan sosial diharapkan pola pikir serta kebiasaan masyarakat dapat dirubah.
“Gerakan sosial ini sebagai jalan hidup untuk membantu kaum mustad’afin dalam rangka ikut serta mengatasi problem yang semakin kompleks,” ungkapnya.
Fuad dengan semangat mudanya mengajak peserta untuk melakukan perubahan sejak dini. “Perubahan bisa dimulai dari alam pemikiran hingga diwujudkan dalam implementasi gerakan,” ajaknya.
Di tempat terpisah, Ketua PC IMM Bangkalan, Syarif Hidayahtullah, menyatakan Kolaborasi dengan An-Nur Community ini sebagai jawaban atas lesunya literasi di Kabupaten Bangkalan.
“Mahasiswa jangan hanya terjebak dalam retorika dan wacana belaka.
Perlu ada praksis gerakan dalam mewujudkan perubahan sosial dari masa ke masa,” pungkasnya. (aan)