PWMU.CO– Islam merupakan agama dakwah. Yang menganjurkan kepada pemeluknya untuk mengajak segenap manusia supaya beriman, beramal dan berkarya serta menata kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Hal tersebut disampaikan Suli Da’im dihadapan peserta Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Mejelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) dan Lembaga Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo di Aula Swalayan Surya Cemerlang Pulung Kabupaten Ponorogo, Minggu (26/11/2017).
Suli menyatakan bahwa dakwah adalah tugas mulia, yang dalam pelaksanaannya belum dikelola dengan profesional dan terukur.
“Banyaknya orang yang melakukan dakwah tidak sebanding dengan banyaknya orang yang mampu menangkap dakwah kita,” ungkap Suli.
Selain itu menurutnya, ada anggapan yang salah bahwa Sesuatu yang berbau Agama kurang diminati karena belum mampu memberikan pengaruh yang signifikan bagi kemajuan umat.
(Baca: https://www.pwmu.co/37794/2017/09/fokal-imm-jatim-ingatkan-kader-untuk-peka/)
“Diperlukan pengkajian dan pemetaan secara konprehensif tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dakwah,” tutur Suli.
“Dengan pemetaan yang komprehensif terhadap dakwah dan kemudian diiringi dengan perencanaan dan pelaksanaan dakwah secara profesional, akan mampu memberikan pengaruh dan menjadi solusi terhadap berbagai problem kehidupan umat di era globalisasi saat ini,” tandas Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LHKP PWM) Jatim.
Menurut Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jatim ini, keberhasilan dakwah dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu dari segi konsep dakwah, potensi umat dan peranan organisasi dakwah.
“Pertama, dilihat dari segi konsep Dakwah karena hampir sebagian dari kita masih mengartikan bahwa dakwa hanya urusan agama atau hal hal yang berbau keakhiratan, padahal dipersoalan lain politik juga semestinya menjadi dakwah kita, wirausaha juga merupakan dakwah, Pendampingan sosial juga merupakan dakwah,” bebernya.
Yang kedua, adalah kekuatan dakwah dilihat dari segi kuantitas dan kualitas serta potensi umat Islam di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, bahkan bangsa Indonesia merupakan pemeluk agama Islam terbesar di muka bumi.
“Kondisi ini pada suatu sisi merupakan kekuatan bagi dakwah Islam, apabila potensi, kualitas dan partisipasi umat yang mayoritas ini dapat digerakkan, dan dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah Islam,” tuturnya.
(Baca juga: https://www.pwmu.co/40987/2017/11/guru-tidak-tetap-gtt-bakal-terima-insentif-tambahan-dari-pemerintah/)
Sementara yang ketiga adalah kekuatan dakwah dilihat dari segi keberadaan organisasi keagamaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang dakwah.
“Kekuatan dakwah terletak pada peran aktif organisasi keagamaan atau organisasi Islam di Indonesia, yang ikut mengemban dakwah. Tidak ada satupun organisasi keagamaan yang tidak ikut berkiprah dalam bidang dakwah. Karena dakwah dalam terminologi yang luas meliputi bidang politik, ekonomi, usaha-usaha sosial, kegiatan ilmu dan teknologi, kreasi seni, kodifikasi hukum dan lain sebagainya. Hal itu bagi seorang Muslim harus menjadi alat dakwah,” jelasnya.
Tetapi menurutnya hal yang dilematis adalah bahwa umat Islam sebagai penduduk mayoritas di Indonesia, namun minus kualitas. “Menurut Ahmad Syafii Maarif, tiga hal utama kelemahan dan ketertinggalan umat, yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Label mayoritas dengan minus kualitas, hal ini akan memperburuk citra Islam, sekaligus citra Indonesia di mata dunia, jika tidak segera diatasi melalui pendekatan multi dimensional dan integratif,” tukasnya.
Sehingga Suli Da’im menyimpulkan bahwa ada sikap yang harus dimiliki Kader Muhammadiyah yaitu idealisme, kecerdasan, sikap kritis, kepekaan sosial, keberanian dan pengorbanan. (Timur)