Dalam kegiatan Muhammadiyah saya beberapa kali tidur satu kamar dengan beliau. Biasanya sekitar jam 2.30 wib beliau bangun shalat malam lalu sambil menunggu Subuh beliau menulis. Laptop selalu dibawa. Beliau selalu menggunakan waktu senggang untuk menulis, termasuk menjawab pertanyaan para pembaca. Beliau mengasuh tanya jawab di beberapa majalah. Ketika Tanwir di Bandung 2012, dengan rasa kagum dini hari itu saya bertanya: “Siapa pengganti Pak Mu’ammal kalau nanti sudah tidak ada”. Beliau hanya tertawa. “Sampean takok kok nyleneh ngono”.
Waktu Tanwir di Samarinda 2014, kesehatan beliau mulai menurun. Dari kamar ke tampat sidang sekitar 100 m harus beberapa kali berhenti berjalan. Jantung beliau kurang sehat. Dini hari setelah shalat malam, saya ulangi pertanyaan di Bandung dulu. “Siapa yang mengganti kalau Pak Mu’ammal nanti tidak ada?”.
“Anak muda sekarang sudah banyak yang pinter dan menguasai banyak kitab. Nanti pasti ada,” kali ini Ust. Mu’ammal lebih serius. Saya beberapa kali lagi menanyakan hal serupa karena banyak ulama muda kita yang kurang tekun menulis. Kawan-kawan di majalah MATAN merasakan sekali hal itu. Bulan Maret tahun lalu, sebulan sebelum beliau wafat, saya bicara lagi tentang penerus itu. Dan beliau tetap optimis pasti ada. Ketekunan dalam menulis sungguh mengagumkan. Sering materi ceramah beliau tulis dulu lalu dibagikan kepada jamaah.
(Baca: Setahun Perginya Ulama Bersahaja Tempat Bertanya, kemudian Terantuk di Dewan Kembali ke Persyarikatan, serta Penulis Produktif dan Moderat)
(Baca juga: Bayangan Sampai Kenyataan dan Komentar serta Kesan dari Kolega)
Murid beliau juga tersebar di berbagai tempat. Saat muktamar atau tanwir yang tempatnya berpindah, selalu ada murid yang datang menemui beliau untuk melepas rindu. Mereka berbagi cerita, ada yang bawa makanan, baju atau sarung. Kelihatan sekali wajah para murid itu gembira ketika bertemu guru yang dicintai.
Kini semua tinggal kenangan manis bagi banyak orang. Tak terkecuali para karyawan di sekretariat PWM. Beliau sering ke kantor PWM membawa jajan, ketan, nasi bungkus atau lainnya untuk dimakan ramai-ramai. Mereka juga tidak akan melupakan hari Kamis 9 April 2015, tiga hari sebelum wafat. Beliau ke kantor PWM dengan menenteng oksigen untuk bantuan bernafas. Luar biasa dedikasinya untuk Muhammadiyah.