PWMU.CO– Ada yang menarik dalam Talk show yang digelar oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya. Pradana Boy, salah satu nara sumber dalam acara tersebut mengkampanyekan “Gerakan Literasi Tradisional”, Ahad (26/1/2017).
“Gerakan literasi tradisional adalah gerakan yang dilakukan dengan membaca, menulis dan bertanya langsung dengan guru,” demikian disampaikan salah satu duta Perdamaian Agama Dunia dari King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) yang berpusat di Wina, Austria ini.
Pradana Boy menjelaskan bahwa tujuan literasi tradisional adalah untuk melawan literasi instan yang menjamur di tengah masyarakat dewasa ini.
(Baca: https://www.pwmu.co/43743/2017/11/imm-malang-raya-siap-gelorakan-visi-progresif-mencerahkan/)
“Dunia pada hari ini seperti berlari, hanya dengan smartphone semua informasi dengan cepat sampai pada masyarakat, baik informasi yang baik hingga yang tidak baik sekalipun,” papar Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang ini.
“Meskipun canggih, tapi jika informasi itu tidak disaring dengan baik akan menimbulkan banyak bahaya bagi kehidupan bermasyarakat,” tambahnya dihadapan ratusan kader IMM itu.
Boy, panggilan akrab nara sumber ini juga menjelaskan, menjamurnya gerakan literasi instan berdampak pada perilaku masyarakat.
“Orang-orang lebih percaya dengan apa yang dikatakan google, facebook, instagram dan kawanan lainnya dibadingkan dengan yang dikatakan oleh para ahli sekaliber Quraish Shihab atau Haedar Nashir, ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” tuturnya.
“Tidak hanya itu, untuk saling menjatuhkan satu sama lain pun bisa dilakukan dengan media sosial,” tambahnya.
“Perkembangan teknologi jangan sampai membuat kita terlena, dan akhirnya membuat kita hanya menjadi korban,” terang Boy.
(Baca juga: https://www.pwmu.co/3239/2016/03/menengok-tradisi-literasi-di-negara-maju/)
Oleh karena itu aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) ini menegaskan pentingnya gerakan literasi tradisional ini bagi masyarakat, apalagi bagi IMM, agar tidak mudah terjerumus ke dalam gerakan-gerakan literasi instan yang informasinya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Di akhir sesi, Boy berpesan kepada kader-kader IMM Malang Raya untuk terus menjadi organisasi yang gemar membaca dan menulis.
“Buku tetap harus menjadi literatur yang diprioritaskan,” pungkasnya.
Talk show dengan tema Meneguhkan peran IMM di Era Milenial ini menghadirkan Pradana Boy dan Subhan Setowara. Keduanya pernah menjabat sebagai Ketua Umum PC IMM Malang Raya. Sementara Rasus Sayyaf, sang moderator adalah Sekretaris Bidang Keilmuan PC IMM Malang Raya. (Alim)