PWMU.CO – Setiap melihat mimbar yang menjadi batas raudhoh di Masjid Nabawi selalu muncul pertanyaan apakah ini mimbar asli zaman Rasulullah?
Para muthowif atau tour guide menerangkan dengan yakinnya bahwa ini mimbar Nabi. Tapi melihat bentuk dan bahannya jauh berbeda dengan gambaran yang tercantum dalam hadits.
Mimbar batas raudhoh sekarang ini terbuat dari marmer putih, bersusun atas dua belas undakan. Bagian akhir undakan yang diduduki di atasnya ada cungkup kubah. Di kedua sisi undakan ada pagar kayu ukir bersepuh emas hingga ke bawah. Tinggi mimbar hingga cungkup sekitar 3 meter.
Sementara dalam buku Bukhori-Muslim dan Shirah Ibnu Hisyam tentang mimbar Nabi diterangkan terdiri atas tiga undakan. Di undakan ketiga itu tempat Nabi berdiri untuk berkhutbah. Di atas mimbar bisa dipakai Nabi rukuk dan sujud. Menurut keterangan ini bagian atas mimbar kira-kira selebar sajadah. Bahannya dijelaskan terbuat dari kayu.
Nama pembuatnya dalam riwayat disebut tiga orang berbeda. Ada riwayat menyebut budak Abu Hazm yang ahli kayu. Riwayat lain mencantumkan orang Rum yang menawari Nabi untuk dibuatkan mimbar. Namun ada juga yang mengatakan pembuatnya adalah Tamim ad Daery.
Setelah buka-buka sejarah ternyata mimbar pembatas raudhoh ini dibuat di zaman Sultan Murat III di masa Turki Utsmaniyah tahun 997 H atau 1617 M. Posisinya memang persis di lokasi mimbar zaman Nabi. Mimbar Sultan Murat inilah yang diwarisi dan dipelihara oleh Dinasti Ibnu Saud hingga kini.
Keberadaan mimbar Nabi tetap sama di zaman Khalafaur Rasyidin hingga berubah bentuk di zaman Khilafah Muawiyah. Perintis Dinasti Umaiyah ini merebut kekuasaan dengan mengkudeta Khalifah Ali bin Abu Thalib. Saat itu dia menjabat Gubernur Syam berambisi menjadi khalifah atas saran bapaknya, Abu Sufyan.
Ketika Muawiyah naik haji, dia mampir ke Madinah lalu memerintahkan menambahi undakan mimbar Nabi enam tingkat lagi. Mimbar asli Nabi diletakkan paling atas sehingga mimbar itu menjadi sembilan tangga.
Darimana Muawiyah dapat ide meninggikan mimbar? Tentu dari pengalaman dia selama di Syam yang dekat dengan budaya Barat, Rumawi. Mungkin saja dia melihat mimbar raja Rumawi tinggi dengan banyak tangga. Muawiyahlah khalifah yang mengubah tradisi Islam dengan gaya kebarat-baratan. Dia membangun istana mewah di ibukota Damaskus. Membentuk pasukan pengawal istana karena takut dibunuh seperti nasib Khalifah Umar, Utsman, dan Ali.
Mimbar Nabi yang direnovasi bergaya Eropa oleh Muawiyah ini bertahan hingga beberapa dinasti sultan. Sampai tahun 1256 Masjid Nabawi terbakar dan menghanguskan mimbar Nabi.
Penduduk Madinah membuat penggantinya dari batu bata dicat putih. Kemudian mimbar bata ini dibongkar oleh sultan yang berkuasa kemudian dibuatkan mimbar baru yang bagus masih berbahan kayu.
Sempat beberapa kali berganti-ganti mimbar oleh beberapa sultan hingga mimbar terakhir buatan Sultan Murat III yang bertahan hingga kini. (sgp)