![](https://i0.wp.com/www.pwmu.co/wp-content/uploads/2017/12/IMG_20171201_060810_358.jpg?resize=800%2C399&ssl=1)
PWMU.CO – Allah itu Maha Besar tapi sangat detail dan suka membuat perumpamaan dengan hal-hal kecil.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 26 misalnya, Dia mengatakan tidak segan atau malu menjadikan nyamuk sebagai amsal alias perumpamaan.
Dengan perumpaan nyamuk, atau bahkan makhluk yang lebih mikro lagi sepert virus, Allah hendak menguji manusia: mana yang beriman, mana pula yang kafir.
Soal perumpamaan hewan kecil itu pula— yakni lalat dan lebah—yang menjadi topik menarik ceramah Muhammad Arifin saat di Pondok Modern Al-Firdaus Pacet Mojokerto, Sabtu (25/11/2017).
Saking menariknya, ratusan peserta yang terdiri dari pengasuh pondok, santri, warga sekitar, masyarakat yang datang dari luar kota, tak beranjak meski hujan di luar masjid cukup deras.
“Lalat dan lebah, keduanya termuat dalam Al Quran. Dua binatang yang memiliki bentuk yang sama, tetapi berbeda dalam berperilaku, sehingga menimbulkan gaya hidup yang berbeda pula,” jelasnya mengawali ceramah.
Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu lalu mengutip Sura Al Hajj ayat 73-74.
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya.
Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Ustadz Arifin–panggilan akrabnya, lalu bertany apada jamaah, “Mohon maaf apakah para jamaah pernah memperhatikan kehidupan lalat?”
Sebagian jamaah menjawab, “Belum pernah, Ustadz.” Sebagian lainnya hanya terdiam. Mereka terlihat seperti berpikir tentang kehidupan lalat.
Melihat jawaban dan ekspresi jamaahnya, Ustadz Arifin melanjutkan penjelasannya.
“Lalat itu sejenis binatang yang suka hidup di tempat yang kotor dan berbau tidak enak. Orang yang melihatnya, ingin menepuk lalat yang terbang. Tetapi karena kepandaiannya mengubah arah secara cepat, lalat sulit untuk ditangkap,” ungkapnya.
Menurut Ustadz Arifin Allah telah mengaruniai lalat sebuah keahlian bermanuver yang hebat, yang tak diberikan kepada makhluk yang lain.
Dia mengajak para jamaah untuk mengambil hikmah dari kehidupan lalat tadi. Bahwa kehidupan lalat itu tidak jauh berbeda dengan sebagian manusia yang suka hidup di tempat yang kotor penuh dengan dosa. Misalnya, makan dari hak orang lain seperti korupsi, dan seterusnya.
“Ingin rasanya kita mendatangi untuk sekadar mengingatkan atau mendakwahi. Tetapi yang terjadi, mereka justru berkelit bahwa apa yang dilakukan itu adalah sebuah kebaikan,” katanya.
Hujan lebat rupanya tak mempengaruhi konsentrasi jamaah pengajian. Suasana hikmat menunjukkan tingginya antusias jamaah menyimak setiap penjelasan Ustadz Arifin.
“Lalu bagaimana dengan lebah?” tanyanya.
Dengan gaya bertutur yang khas, Ustadz Arifin menjelaskan bahwa lebah itu serangga mungil yang tidak mampu berpikir. Akan tetapi mereka mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus.
“Sungguh mengagumkan, kecerdasan dan keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah. Namun, yang lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerja sama secara teratur dan terencana untuk mencapai tujuan yang sama,” ungkapnya sambil tersenyum.
Arifin menambahkan, lebah melaksanakan bagian pekerjaan mereka masing-masing secara penuh dan sungguh-sungguh, tanpa kesalahan sedikit pun.
“Tidak diragukan lagi, Allah, Dia-lah yang menjadikan masing-masing dari puluhan ribu lebah tersebut bekerja harmonis tanpa henti, layaknya roda-roda gigi dalam sebuah mesin,” tandasnya.
Di akhir pengajiannya, Ustadz Arifin mengajak jamaah sadar, bahwa Allah mengingatkan manusia tentang segala nikmat yang telah diberikan kepada manusia melalui hewan ciptaan-Nya,
“Dan Kami tundukkan binatang–binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat–manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” kata dia mengutip surat Yasin ayat 72-73.
Nah, apa yg kita pikirkan akan menghasilkan apa yang kita lihat, dan apa yang kita lihat akan menghasilkan apa yang kita peroleh. Always be positive! (PR)
Discussion about this post