Oleh Daniel Mohammad Rosyid *)
PWMU.CO – Dalam pekan terakhir ini kita memperingati Hari Guru dan hari kelahiran (maulid) sosok Muhammad bin Abdullah yang kemudian menjadi Muhammad Rasulullah SAW, Sang Guru Agung.
Rasulullah mengatakan bahwa hanya ada dua pekerjaan di dunia ini: guru dan selain guru. Tentu yang dimaksudkannya bukan semata guru profesional yang kita kenal saat ini. Dalam perspektif Tri Sentra Pendidikan Ki Hadjar, yaitu keluarga, masyarakat dan perguruan, maka kita menjadi guru saat mendemonstrasikan keteladanan, dan menjadi murid saat belajar meniru teladan.
Oleh karena itu, setiap warga belajar untuk menjadi murid agar kemudian memiliki kemampuan dan kesanggupan menjadi guru di manapun dan kapanpun.
Dengan demikian, peringatan Hari Guru mestinya bukan semata perayaan PGRI, tetapi perayaan kita semua sebagai guru. Wacana yang mendominasi pendidikan oleh persekolahan dan dominasi keguruan oleh guru profesional tidak saja keliru tapi juga tidak efisien dan tidak efektif serta tidak relevan lagi di zaman digital ini.
Muhammad Rasulullah SAW adalah Murid Agung yang kemudian menjadi Guru Agung. Berkat bimbingan-Nya, Muhammad Rasulullah telah berhasil mengubah Yatsrib jahiliy menjadi Madiinatul Munawarah yang kemudian menjadi model metropolitan modern yang menghidupi masyarakat yang plural.
Transformasi Muhammad bin Abdullah menjadi Muhammad Rasulullah ini tidak berjalan mulus dan mudah, namun melalui proses pembelajaran yang berat secara mental, intelektual, dan fisikal, bahkan finansial.
Jadi, bukan proses sim salabim. Muhammad Rasulullah telah mengguncang pasar doa dan ritual penyelamatan, dengan mengabarkan penyelamatan pro bono, tanpa bayaran.
Perlu dicermati wasiat Rasulullah yang telah menginspirasi Ki Hadjar Dewantara, bahwa pendidikan untuk semua hanya mungkin dan penting dilakukan oleh semua. Education for all has to be by all. Setiap warga menyiapkan diri menjadi civitas metropolitana yang terampil menjadi guru di rumah, dan di berbagai simpul-simpul belajar di masyarakat. (*)
Sukolilo, 3 Desember 2017
*) Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS Surabaya