PWMU.CO – Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan mempunyai sabuk vulkanik.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
Seringnya Indonesia terkena bencana, menggugah hati Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menyisipkan beberapa kelas Pengurangan Resiko Bencana (PRB) di sela kegiatan Jambore Nasional Ke-2 Relawan Muhammadiyah.
Adapun kelas-kelas tersebut yaitu Sekolah/Kampus Aman Bencana, Masyarakat Aman Bencana, dan Rumah Sakit (RS) Aman Bencana.
RS Aman Bencana sangat penting, karena kerugian yang terjadi akibat dampak bencana sangat tinggi, baik fisik maupun non fisik.
Sabtu (2/12/17) sesi kelas RS Aman Bencana ini bertempat di Gedung Kuliah Bersama (GKB) 4 UMM. Yang menarik dari kelas ini adalah peserta yang berasal dari semua provinsi di Indonesia, serta beberapa direktur RSM/RSA/PKU di Indonesia.
dr Achmad Yurianto menjelaskan ada beberapa indikator RS Aman Bencana.
“Pertama, struktural meliputi pedoman teknis bangunan RS yang aman dalam situasi darurat dan bencana. Kedua, non struktural meliputi peralatan medik, peralatan laboratorium dan jalur penyelamatan jiwa. Dan yang ketiga, fungsional meliputi lokasi dan aksebilitas RS serta Standar Operasional Prosedur (SOP),” tutur Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI tersebut.
Semua hal tersebut, lanjutnya, sudah termahtub dalam UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Selain itu, ia menegaskan peran penting RS dalam penanggulangan bencana.
“Pertama, pra bencana yakni melakukan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) bidang kesehatan. Kedua, saat tanggap darurat yakni siap menerima pasien, mudah diakses dan berfungsi dengan kapasitas yang maksimal. Ketiga, pasca bencana yakni segera memperbaiki atau membangun kembali prasarana dan sarana menjadi lebih baik serta meningkatkan fungsi pelayanan kesehatan untuk mendorong kehidupan masyarakat di wilayah pasca bencana yang lebih baik,” tandasnya.
Di akhir pemaparannya, Achmad Yurianto menjelaskan peran RS dalam upaya PRB.
“Upaya memberdayakan masyarakat dalam kesiapsiagaan menjadi hal pertama yang penting. RS juga harus menjadi sumber informasi atau kesiapsiagaan di wilayahnya. Selain itu RS juga berperan dalam penanganan diri, surveilans, serta peringatan dini penyakit menular potensi wabah,” jelasnya bersemangat.
Tidak cukup dengan hal tersebut, ia menambahkan peran RS dalam upaya PRB juga diikuti dengan menyusun rencana kesiapsiagaan RS, menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, serta pelatihan sumber daya manusia.
“Tak kalah pentingnya juga harus diadakan simulasi atau gladi serta pengembangan prosedur penanggulangan bencana,” tutupnya.
Siap untuk selamat! (Nia Ambarwati/PR)