PWMU.CO-Berada di alam liar memerlukan kemampuan survival atau bertahan hidup. Caranya memanfaatkan kekayaan hutan untuk makan.
Tapi hati-hati tidak semua tanaman bisan dimakan. Jika salah memilih tanaman bisa berakibat fatal kepada kematian karena beracun.
Berikut laporan kontributor PWMU.CO di Banyuwangi Yulia Febrianti yang mengikuti diklat jungle survival di Gunung Raung.
Pelatihan penanggulangan bencana Kwarda Hizbul Wathan Banyuwangi di Dusun Bejong Desa Sumber Arum Kecamatan Songgon juga memberikan pengetahuan dan cara memanfaatkan alam untuk survial.
Berita terkait: Peserta Makan Bawang Putih untuk Bertahan Hidup di Hutan
Acara yang diikuti 22 peserta HW pada Senin-Selasa (18-19/12/2017) di hutan Gunung Raung itu diajarkan teknik mengumpulkan air minum, menggunakan akar pohon sebagai penyangga tubuh saat turun ketika tidak memungkinkan menggunakan tali, menghindari serangan pacet, ular, dan hewan lain.
Fuad Nirwantoro, korlap survival, menjelaskan, berhadapan dengan ular berbisa sikap harus tenang. “Jika kita panik suhu tubuh kita akan memanas yang dianggap oleh ular sebagai serangan,” katanya.
Bila telanjur digigit, sambung dia, usahakan tetap tenang agar detak jantung tidak semakin cepat memompa darah. Ini untuk mecegah racun ular cepat menyebar ke tubuh.
“Lukai bekas gigitan hingga darah mengalir keluar. Jangan isap darah di bekas gigitan karena bila mulut penolong luka/sariawan menyebabkan bisa ular terisap yang berakibat fatal,” tandas dia.
Kemudian, sambung dia, ikat selebar dua jari dari luka agar aliran darah melambat ke jantung. “Setelah itu segera evakuasi korban ke rumah sakit,” katanya.
Untuk mendapatkan air minum, Fuad menjelaskan, bisa menampung air dari tanaman misalnya rotan atau bambu hutan dengan memotong batangnya. “Batang yang terpotong pasti meneteskan air yang dapat diminum,” tandasnya.
Bisa juga dari ujung-ujung daun tanaman yang tidak berbulu seperti salak hutan atau jambu hutan. “Tanaman yang berbulu cenderung beracun. Ujung tanaman biasanya menyimpan embun,” katanya. (#)