Oleh Sugeng Purwanto
ORANG Kristen memanggilnya Yesus. Orang Islam menyebut Isa. Tapi dua nama populer itu tidak Ibrani banget. Padahal Yesus disebut sebagai bangsa Ibrani walaupun penguasa Ibrani sendiri di masa itu tidak mengakui kenabiannya. Apalagi ketuhanannya.
Ada yang menyebut nama Ibraninya adalah Yezua. Tapi nama itu kalah populer dengan sebutan nama Rumawinya, Yesus. Seiring dengan itu kepribadian aslinya yang Ibrani juga makin memudar.
Paulus dari Tarsus, pemujanya yang paling militan adalah orang yang menyusun mitos baru pribadi Yesus. Semula dia musuh pengikut Yesus. Kemudian taubat dan menjadi pemuja yang lebay dan mereka-ulang sosok Yesus yang lebih dahsyat ke tlatah Rumawi.
Saat Kaisar Konstantinus menerima Kristen maka seluruh Roma menjadi Kristen pula. Akhirnya sunah-sunah Yesus bercampur baur dengan tradisi Roma. Praktik bid’ah makin menjadi-jadi dengan memitoskan dia sebagai manusia setengah Tuhan. Sebagaimana kepercayaan orang Roma yang percaya Dewa Zeus punya anak setengah dewa seperti Athena, Apollo, Herkules dan lainnya.
Perayaan kelahiran Dewa Matahari yang tak terkalahkan (Dies Natalis Solis Invicti) tanggal 25 Desember diubah filosofinya menjadi Dies Natalis Yesus Invicti, hari kelahiran Yesus Kristus yang tak terkalahkan. Sebab dia dimitoskan dilahirkan sebagai penebus dosa manusia.
Pertentangan ketuhanan Yesus di antara pemujanya dituntaskan dalam Muktamar Nicea tahun 325. Keputusannya Yesus manusia sekaligus Tuhan.
Sejak itu sosok Yezua, manusia dari Nazaret yang hidup sederhana sebagai tukang kayu berubah menjadi tokoh mitos di tangan para pemuja dan politikus. Kehidupannya tercabut dari akar tradisi masyarakatnya yang Ibrani menjadi bertradisi Roma. Dengan nama Yesus akhirnya segalanya berbau Eropa banget.
Pelukis Leonardo da Vinci bahkan menggambarkan tradisi makan Yesus dan murid-muridnya bergaya Italia. Lukisan Perjamuan Terakhir di malam penggerebekan tentara Rumawi, jamuan makan itu memakai meja besar. Benarkah Yesus sebagai orang Ibrani makan dengan meja besar? Itu hanya ada dalam imajinasi pelukis Italia yang belum pernah merasakan nikmatnya makan duduk lesehan seperti kebiasaan orang Timur Tengah.
Begitu juga ketika orang Kristen mati harus pakai jas. Keren, katanya. Darimana tradisi ini berasal? Meniru kaisar Rumawi yang mati dibungkus baju kebesarannya. Para paus pun saat mati mayatnya tetap memakai baju agungnya. Padahal Yesus seperti diceritakan di Perjanjian Baru waktu dikubur jenazahnya diselimuti kain kafan. Hanya muslim yang hingga kini mengikuti tradisi Yesus ini.
Di Perjanjian Baru sangat jelas disebutkan sembahyang Yesus adalah rukuk dan sujud. Tapi orang-orang penganut Yesus itu menciptakan cara sembahyang sendiri. Bernyanyi dan berdoa. Hanya muslim yang sembahyangnya sama seperti Yesus.
Di antara para nabi, kehidupan Yesus paling kontroversial. Mulai kelahiran hingga kematiannya tetap menjadi misteri. Sepertinya Nabi Yesus besar di keluarga penuh kontroversi. Kakeknya adalah Imran, nama yang dipuji Allah dalam Al Quran karena keimanan dan ketaqwaannya.
Imran bersaudara dengan Nabi Zakaria. Dua bersaudara ini membuat resah para rabi Yahudi karena suka mengkritik perilaku mereka yang korup. Karena itu dua orang ini disingkirkan dari kekuasaan takmir baitullah di Yerusalem.
Sebelum mati, Imran pernah meramalkan kedatangan sang pembebas Palestina. Ramalan ini dipercaya rakyat sehingga mereka menunggu-nunggu kedatangan sang pembebas yang disebut Mesias alias Al Masih. Tapi penguasa Rumawi sangat gusar karena ramalan itu membuat rakyat bergejolak. Setelah istri Imran, Hana, melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Maryam, harapan rakyat terhadap kedatangan Al Masih memupus.
Memang Al Masih itu bukan Maryam. Ternyata sang pembebas yang ditunggu itu adalah Yesus, anak yang dilahirkan Maryam dengan kontroversi.
Maryam, gadis pengabdi baitullah itu tiba-tiba hamil. Masyarakat pun geger. Orang mencibirnya telah berzina. Dia dituduh mencemarkan lingkungan sakral baitullah. Betapa menderitanya gadis tanpa dosa ini menanggung caci maki orang yang meragukan kesuciannya.
Anda bisa membayangkan ketika gadis itu terpojok tanpa mampu menjawab pertanyaan orang tentang siapa lelaki yang menghamilinya? Dia menjawab bahwa ini kehendak Tuhan. Orang pun tidak percaya. Mana ada gadis hamil tanpa perbuatan lelaki?
Rupanya Allah ingin membuat keanehan pada diri Maryam. Sudah menjadi takdir, gadis suci itu yang terpilih. Sebab jika Allah memilih gadis nakal yang hamil justru menjadi tidak aneh. Masyarakat tidak gempar karena sudah maklum. Tapi takdir ini membuat Maryam penuh derita, terusir dari kampung halaman, dan kesepian. Dia lalu mengungsi ke Baitul Lahim.
Sewaktu bayi Maryam lahir, kontroversi kembali muncul saat dia kembali ke Yerusalem. Sebab bayi itu bisa berbicara menjawab keraguan masyarakat akan kesucian ibunya. Kontroversi terus melingkupi Yesus hingga dewasa.
Yesus yang hidup damai sebagai tukang kayu, tiba-tiba nasibnya berubah karena tuduhan sebagai penghasut terhadap kekuasaan para rabi dan penguasa Rumawi, serta penyebar ajaran sesat. Gara-garanya dia menyampaikan ajaran Tuhan yang diikuti orang-orang miskin.
Tuduhan serupa juga diberikan kepada saudaranya, Yahya bin Zakaria. Orang Kristen menyebutnya Yohanes Pembaptis. Yahya mati lebih dulu karena dipenggal kepalanya oleh penguasa Rumawi. Murid-muridnya kemudian beralih mengikuti Yesus.
Yesus berkelana ke banyak daerah. Pengikutnya terus bertambah sehingga para rabi menjadi dengki. Yesus makin terkenal karena doa-doanya makbul. Bisa menyembuhkan orang sakit. Bahkan menghidupkan orang mati. Memberi makan banyak orang hanya dengan sedikit roti.
Kehadiran Yesus membangkitkan kembali harapan rakyat tentang kedatangan sang Al Masih, pembebas Palestina. Tak ayal, banyak rakyat mengikutinya, memuja-muja, dan mengkultuskan. Bagi penguasa situasi ini sangat membahayakan stabilitas negara. Bagi rabi Yahudi, ajaran Yesus mengganggu kemapanannya karena rakyat miskin tidak mau mengikuti fatwanya.
Konspirasi rabi dan penguasa pun terjadi untuk menjatuhkan Yesus. Tuduhan makar dan pemberontakan dialamatkan kepadanya. Mereka melemparkan tuduhan Yesus berambisi ingin menjadi raja bangsa Ibrani. Yesus pun ditangkap lalu diadili dengan vonis hukuman mati disalib.
Kematian Yesus pun jadi kontroversi. Orang Kristen meyakini Yesus mati di tiang salib. Orang Islam membantahnya. Sebab Al Quran surat An Nisa’:157 menceritakan, perkataan mereka sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih Isa bin Maryam, rasulullah padahal tidak mereka membunuhnya dan tidak menyalibnya akan tetapi diserupakannya bagi mereka. Sebenarnya orang-orang yang berselisih pendapat tentang pembunuhan itu benar-benar dalam keraguan. Mereka tidak ada pengetahuan tentang hal itu kecuali mengikuti perkiraan dan mereka tidak yakin telah membunuhnya.
Jika merujuk kepada ayat tadi berarti telah terjadi salah tangkap ketika penggerebekan di Taman Getsemani tempat pertemuan Yesus dan murid-muridnya.
Menurut cerita Injil, ada kesan pasukan tentara yang bertugas sebenarnya tidak mengenal Yesus. Karena itu dalam rencana penangkapan mereka menunggu tanda dari Yudas bahwa orang yang didatangi dan diciumnya itu adalah Yesus. (Injil Lukas 22: 47-53, Matius 26: 47-56, Markus 14: 43-50, Yohanes 18: 1-11)
Penggerebekan berlangsung di malam gelap usai perayaan Paskah. Sempat terjadi perlawanan. Menurut Injil, Yesus menghadapi tentara itu. Sementara murid-muridnya lari menyelamatkan diri. Al Quran hanya menceritakan, saat situasi gawat terjadi Allah mengangkat dia ke sisinya (An Nisa’: 158).
Dari kisah ini, ada kemungkinan Yesus diselamatkan oleh murid-muridnya kemudian hidup bersembunyi menghindari pengejaran tentara. Dalam suasana gelap dan kacau itu lantas tentara asal tangkap orang yang mirip Yesus. Ahli tafsir ada yang menyebut orang itu Yudas. Namun tidak jelas darimana sumber rujukannya.
Kemungkinan lain, orang yang disalib itu adalah Simon dari Kirene. Dia ini saat menonton arakan Yesus, dipaksa tentara Rumawi memanggul kayu salib menuju Bukit Golgota (Injil Matius 27:32, Markus 15:21, Lukas 23:26). Boleh jadi saat dalam perjalanan ini Yesus diselamatkan muridnya. Lalu Simon menjadi korban penyaliban. Wallahu a’lam.