PWMU.CO-Dakwah di daerah terpencil selain menghadapi tantangan, juga menemukan cinta. Cinta yang melancarkan jalan dakwah.
Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah mengadakan Rihlah Dakwah ke Kalimantan, Papua, dan NTB mengunjungi dai yang bertugas di daerah terpencil. Berikut laporan kontributor Faozan Amar yang berada di Kalimantan.
Istabroqin, ustadz asal Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat ini, awalnya dicueki oleh masyarakat Katingan, Kalimantan Tengah. Karena terjadi miskomunikasi. “Selama dua bulan kegiatan saya hanya ke masjid saja,” ujarnya mengawali cerita.
Baca juga: Ketika Ibu-Ibu Jamaah Memanggil Saya Nak, Saya Tak Tega Meninggalkan Mereka
“Ternyata teori dakwah yang saya pelajari di kampus, berbeda dengan kenyataan di lapangan. Inilah salah satu tantangan dakwah yang saya hadapi,” katanya.
Akhirnya Istabroqin bisa menemukan pendekatan kekeluargaan yang bisa diterima masyarakat. Setelah lama berdakwah kemudian muncul keinginannya menikah.
“Sebenarnya setelah lulus kuliah saya ingin segera menikah agar terbebas dari maksiat. Namun karena masih bertugas sebagai dai khusus, saya berkonsultasi dengan Ustadz Jazuli, Direktur Pondok Shobron UMS, saat bulan Ramadhan lalu berkunjung ke Katingan. Alhamdulillah beliau mengizinkan,” ujarnya.
Ia memutuskan untuk menikah dengan wanita asli Katingan yang merupakan anak tokoh Muhammadiyah. “Jadi ini seperti ungkapan satu kuharap dua kudapat,” ujarnya diiringi tawa.
Pernikahan tersebut tak hanya bernilai ibadah tetapi juga memudahkan dalam berdakwah. “Alhamdulillah sekarang saya dan istri menekuni bisnis kue, Sambil tetap melaksanakan dakwah. Inilah bukti bahwa masyarakat rela hati membantu bahkan mau menjadikannya menantu,” katanya menambahkan.
Itulah cerita cinta dai Muhammadiyah yang bertugas di daerah terpencil. Tak hanya mensyiarkan Islam tapi menggunakan pendekatan kekeluargaan untuk memuluskan jalan dakwah. (#)