
PWMU.CO – “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, telah meninggal dunia ayah kami, HM Khanan pada hari ini, jam 04.30 Wib.”
Berita duka itu saya terima dari Mas Yakub Trijuna Kaharuddin, salah satu putra almarhum, pada Kamis pagi (17/11/17). Selain doa, saya sampaikan permohonan maaf tidak bisa takziyah, lantaran masih mengikuti umrah bersama rombongan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
Saya termasuk relatif sering berkunjung ke rumah beliau. Banyak pelajaran hidup yang saya peroleh dari pengusaha yang juga aktivis dakwah tersebut. Pria berpenampilan kalem, itu bukan hanya sukses menerapkan spirit al-Maun dalam dunia usaha dan berorganisasi, tapi juga berhasil melakukan kaderisasi Muhammadiyah di lingkungan keluarga.
Salah satu anaknya, kini menjadi Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Magetan. Sedangkan istrinya, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA). Tentu, mereka terpilih bukan karena nepotisme, tapi karena kiprahnya. Mengingat sistem pemilihan di Muhammadiyah dan Aisyiyah dilakukan terbuka dan melalui proses panjang.
Saya bertemu beliau, terakhir pada 20 Juli 2017, dalam kondisi fisik yang sangat menurun akibat penyakit gula yang menderanya sejak 1996. Apalagi belakangan diketahui, sudah menyerang organ jantung, paru, dan ginjalnya, hingga harus menjalani cuci darah di rumah sakit Madiun dan Magetan dua kali dalam sepekan.
Meski dalam kondisi demikian, beliau tidak pernah mengeluhkan penyakitnya. “Jangankan orang lain, kami sekeluarga tidak pernah mendengar keluhan tentang sakit yang diderita. Bapak malah kerap menjadikan bahan lelucon terkait penyakitnya dengan mengatakan untuk selalu memperbanyak sahabat dari mana pun, siapa pun dan apa pun itu,” kata Yakub.
Itu pula yang saya rasakan, ketika ketemu terakhir. Dalam kondisi fisik yang lemah itu, masih bergairah membincangkan banyak hal mengenai perkembangan Muhammadiyah. Dan, tidak lupa menyiapkan sarapan untuk saya.
Pemimpin sejati, memang pantang mengeluh di depan umatnya. Karena hal itu bisa meruntuhkan moral perjuangan anggotanya. Dalam kondisi apa pun, pemimpin harus tetap menggerakkan dan memberikan keteladanan, terutama dalam hal berderma. Sifat itulah yang nampak pada pribadi Pak Khanan. Seperti yang diyakini, “Kalau sering bersedekah pasti diganti oleh Allah.”
Kepada anak dan istrinya, selalu berpesan, “Sering-seringlah membantu agama Allah, nanti kita pasti dibantu oleh Allah SWT,” ujar Harmiyati menirukan pesan suaminya.
Bagi Pak Khanan, kepentingan dakwah Muhammadiyah harus didahulukan. Sehingga, sekalipun dirinya tidak pernah menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah, tapi hampir semua mengakui bahwa pria kelahiran 10 Februari 1946 itu tulang punggung dakwah Muhammadiyah di Magetan, terutama dalam soal dana.
“Lokomotif dalam urusan pendanaan, ya beliau,” ujar Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu PWM Jatim yang mengaku sudah sejak kecil mengenal almarhum.
Diceritakan Hariadi Suprabawa, keterlibatan Pak Khanan sudah dimulai sejak era 1960-an, ketika masih Pemuda Muhammadiyah. “Beliau bersama almarhum Sukirmani dan kawan seperjuangannya, merintis shalat Id di lapangan; mengirim kader-kader mubaligh ke masjid dan mushalla untuk ceramah tarawih; mendirikan beberapa pos untuk menghimpun, menyembelih dan mendistribusikan hewan kurban di tiap masjid dan mushalla sebagai jejaring para aktivis muda,” kata Wakil Ketua PDM itu.
Zainul punya pengalaman mengesankan terkait kedermawanan putra dari pasangan Muhammad Umar dan Siti Maryam itu. “Ketika rombongan Muhammadiyah Sidoarjo sebanyak dua bis berkunjung ke Magetan, dijamu makan siang di rumah beliau. Walau dalam keadaan sakit, tapi seperti tidak merasa sakit,” kata kader biologis mantan Ketua PDM Magetan, Moh. Amien tersebut.
Dalam penilaian Zainul, Pak Khanan adalah contoh kader yang istiqamah, punya komitmen serta tidak begitu mengacuhkan dapat panggung. Justru lebih banyak menyediakan panggung bagi orang lain. Sejak muda, sangat jarang pidato di panggung. Juga tidak gila jabatan.
“Terbukti, sebagai pendiri PAN Magetan, beliau berkesempatan menjadi anggota dewan, tapi diserahkan pada anak-anak muda. Sempat menjadi anggota dewan hanya dua bulan, terpaksa dijalani karena pergantian antarwaktu,” ungkapnya.

Di Muhammadiyah, ayah 6 anak (Yusuf Eka Punta Kaharuddin, Yahya Dwibrata Kaharuddin, Yakub Trijuna Kaharuddin, Luthfi Kaharuddin, Muhammad Isa Kaharuddin dan Shabrina Sitoresmi) ini lebih sering ditunjuk menjadi sekretaris, yang bertugas mengoordinasikan kegiatan, lantaran kawan-kawan lain yang PNS kurang berani muncul.
Yakni, pada saat Ketua PDM dijabat Sukirmani (1980-1985), Koesnaini (1990-1995), Padi Soemarsono (1995-2000), dan Kusman (2000-2005). Baru pada periode Thoyieb Abdullah Rantiono (2005-2010), dan Nur Salim (2010-2015), beliau menjadi wakil ketua.
Selama menjadi sekretaris, banyak prestasi diukir. Misalnya, semasa Sukirmani berhasil mendirikan perguruan Muhammadiyah di Jl Tamrin. Kemudian meluruskan amal usaha Muhammadiyah yang dikuasai perorangan atau yayasan lain. Masjid “Ashabul Yamin” di komplek SMPM 1 dan Ponpes Muhammadiyah Salimul Umah, juga dibangun beliau pribadi.
Sebelum PDM memiliki kantor, rumahnya di Jalan Pasar Baru Timur 8-B, dan 22-B, Magetan menjadi markas kegiatan Persyarikatan dan Ortom. Seperti untuk tempat rapat, perkaderan, pengajian, rihlah dakwah, dan penginapan tamu dari pusat atau wilayah.
Radio Baghaskara 101,1 FM Magetan, yang dirintis tahun 1998, juga menempati salah satu ruang di rumah tersebut. Tidak hanya itu, ketika pada 2009, Majelis Ekonomi PDM Magetan merintis swalayan Surya Mart, beliau relakan salah satu rumahnya untuk swalayan Surya Mart dimaksud.
“Ibaratnya, mulai bondho, bahu, pikir, dan jiwanya untuk kemajuan dakwah Muhammadiyah,” ujar Hariadi.
Di mata anak-anaknya, almarhum adalah Bapak Idaman. Sosok ayah pendiam tapi tegas. Terutama dalam menjalankan prinsip agama. “Dalam setiap aktivitas apa pun, yang selalu ditanyakan kepada kami adalah tentang shalat,” kata Yakub.
“Jadi inget dulu. Bapak kalau pagi-pagi bangunin aku sama Mas Isa untuk shalat shubuh. Suka pakai es batu, terus dimasukkan ke dalam kaos. Kalau tidak begitu, kami dituntun sampai kamar mandi,” kata si bungsu, Shabrina Sitoresmi.
Yakub mengakui, dirinya dikenalkan Muhammadiyah sejak usia dini. Awalnya dipaksa menemani ikut rapat, merintis pengajian, merintis pembangunan sekolahan, dan kegiatan sosial kemanusiaan lainnya. “Bermula dari keterpaksaan inilah, akhirnya saya bisa merasakan nikmat dan manfaat berorganisasi.”
Dalam dunia usaha juga demikian. “Sejak kecil saya diajari praktik berdagang, mulai dari pembelian barang dagangan sampai melayani pembeli di toko. Sehingga sejak kecil sudah bulat keinginan saya melakukan apa yang dicontohkan.”
Menceritakan kesuksesan Pak Khanan, tentu tidak bisa dilepaskan dari peran sang istri. Seperti kata pepatah, di balik suami sukses pasti ada istri hebat. Dialah Harmiyati. Perempuan yang dinikahi pada 1979, itulah yang diserahi mengurus keperluan keluarga dan usaha. “Soal keluarga dan usaha diserahkan sama saya. Tapi beliau tetap memantau.”
Dalam mendidik anak, prinsipnya harus disekolahkan ke sekolah Islami, dan dimasukkan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ). Pesan yang selalu ditekankan pada anak-anaknya: Jangan sampai merepotkan teman. Kalau bisa, kita yang direpotkan. “Insyaallah itulah yang saya jalankan sampai sekarang,” tutur Harmiyati.
Pak Khanan merintis usaha percetakan Atmajaya sejak 1977 dengan modal Rp 1 juta, yang diperoleh dari dana insentif Ikatan Dinas Sekolah guru (PGSLP). Lazimnya dalam setiap usaha, tentu ada pasang surutnya.
Pada 1990, istrinya membuka usaha catering, di bawah payung Koperasi Aisyiyah: BUEKA Catering, yang terus berkembang hingga sekarang. Dengan mengelola percetakan dan catering, serta aktif di Muhammadiyah, Pak Khanan lebih menikmati hidup. Pada setiap acara, ia tak pernah absen membantu. Pada akhir hayatnya, masih tercatat sebagai anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Magetan.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah memang tidak bisa bergerak hanya oleh satu orang. Tapi banyak orang pun, jika tanpa ada yang mau berkeringat, mengerahkan dana, tenaga dan fikirannya secara terus menerus, bisa dipastikan gerakan tidak akan jalan.
Itulah gambaran peran Pak Khanan di Persyarikatan. Semoga semua yang dilakukan, memudahkan jalan menuju ridla-Nya. (Nadjib Hamid)
Discussion about this post