PWMU.CO – Kebutuhan jumlah mubaligh di daerah-daerah direspon dengan tepat oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Dukun Gresik.
Bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Cabang Dukun, 57 calon mubaligh muda digembleng dalam kegiatan Kajian Pimpinan dan Workshop Mubaligh Muda, Selasa (26/12/20).
Ketua Majelis Tabligh PCM Dukun Muhammad Safiq menyampaikan fenomena tentang kaum muda sangat senang ketika diajak untuk happy-happy, nongkrong di warung kopi, dan jalan-jalan. “Namun mereka sangat sulit untuk diajak berdakwah di jalan Allah,” tegasnya.
Ketua PCM Dukun Nafi’ Madalil mengingatkan peserta untuk memahami setiap ayat Alquran. “Sampaikan walau satu ayat. Dalam hal ini kadangkala persepsi masyarakat dalam menerima pemahaman terhadap suatu ayat berbeda-beda. Inilah salah satu tujuan kita mengadakan kegiatan ini, yakni menyamakan persepsi dan menyatukan fikiran dalam memahami setiap ayat Alquran,“ ujarnya.
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim M Sholihin Fanani M PSDM yang didapuk sebagai pemateri menyampaikan konsep dakwah ala Muhammadiyah.
“Pertama, gerakan jamaah yakni suatu kelompok atau organisasi yang bergerak dan tidak berhenti di jalan. Kedua, dakwah jamaah yakni suatu kelompok atau organisasi yang mengajak amar maruf nahi munkar,“ jelasnya mengawali materi.
Selain konsep dakwah Muhammadiyah, Sholihin, panggilan akrabnya, menyampaikan prinsip=prinsip penting yang harus dimiliki oleh seorang mubaligh.
“Mubaligh itu selalu ingat akan adanya Allah kapan pun dan di mana pun. Dalam konteks dzikir ini tak hanya dilakukan secara lisan saja, tapi juga perbuatan,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Sholihin, seorang mubaligh juga harus belajar, suka membaca, menulis, mengkaji, bergelut dengan dunia pendidikan, dan bergaul dengan kaum mubaligh.
Tak hanya itu, Sholihin juga mengingatkan, seorang mubaligh harus tanggap terhadap berbagai tantangan yang ada. “Liberalisasi ekonomi, kekuasaan, pemikiran, keagamaan, dan refitalitas Islam yang cenderung radikal membuat para mubaligh harus siap sedia berdakwah dalam kondisi atau zaman apapun,” pesannya.
Karena tantangan itulah, dibutuhkan kompetensi yang harus dimiliki seorang mubaligh. Solihin menjelaskan kompetensi tersebut yaitu kompetensi sebagai seorang ulama, pemimpin, seorang sosial, dan kompetensi kepribadian atau karakter.
Pria yang sedang menyelesaikan desertasinya ini menjelaskan makna dakwah dalam berorganisasi di akhir materinya. “Berorganisasi itu diperintahkan, ditolong, dilihat, dibalas, dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah,” tutupnya.
Saatnya yang muda berdakwah. (Nia Ambarwati/AK)