PWMU.CO – Aisyiyah perlu membuat peta dan menentukan strategi dakwah. Sehingga sasarannya tepat, tidak menyinggung perasaan hingga menimbulkan perpecahan umat.
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik Uswatun Hasanah pada Pelatihan Mubalighat Aisyiyah, Sabtu (23/12) mengajak para kader untuk pandai membaca peta dan menentukan strategi dakwah agar efektif.
“Seperti yang kita tahu, masyarakat itu heterogen. Perbedaan pendidikan, ekonomi, status sosial, budaya dan unsur lainnya adalah hal yang harus diperhatikan oleh mubalighat sebelum berdakwah,” terangnya kepada para peserta pelatihan di SD Muhammadiyah 2 GKB, Kompleks Pondok Permata Suci, Gresik.
Menurutnya, dakwah tidak boleh gebyah uyah (menyamaratakan) dalam menyampaikan tausiyah. “Jangan sampai apa yang kita dakwahkan menyinggung perasaan umat. Nanti akan jadi bumerang, bahkan bisa menimbulkan perpecahan umat,” ungkap guru SMAM 1 Gresik ini.
Ibarat mengajar, lanjutnya, kita harus menyiapkan silabus atau rencana mengajar agar bisa pas. Strategi dakwah adalah siasat, taktik atau manuver yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
Dia menjelaskan, strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu.
“Dalam strategi dakwah terdapat strength dan weakness yaitu mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Meliputi perhitungan sumber daya manusia, dana, dan piranti pendukung,” papar dia.
Berikutnya, dia menambahkan, kita juga harus memertimbangkan opportunity. “Seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, hingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos. Tidak cukup hanya itu, kita juga harus memperhitungkan kemungkinan adanya
ancaman dari luar,” urainya.
Setelah menentukan strategi, tambah Uswatun, pendakwah juga harus menyesuaikan materi dakwah dengan kondisi umat. Masalah yang disampaikan haruslah menjawab tantangan kekinian. Model penyampaian pun tidak selalu ceramah di mimbar.
“Bisa melalui banyak inovasi, sehingga akan memudahkan penyampaian materi dakwah. Salah satu contoh berdakwah bisa melalui out bond, Aisyiyah Camp, seminar, talk show, dan dakwah media baik radio, TV, atau bentuk tulisan juga strategi dakwah yang efektif,” jelas Uswah.
Ketua Majelis Tabligh PDA Gresik Hj Muyasaroh mengajak peserta merumuskan profil mubalighat Aisyiyah. Usulan dari peserta pun berdatangan. Di antaranya mubalighat Aisyiyah harus cerdas, ikhlas, tidak sombong, bisa baca, dan hapal Alquran.
Seorang mubalighat juga harus berbahasa yang baik, berkomitmen pada Pesyarikatan, legawa, mau belajar dan terbuka, tidak cengeng, banyak senyum dan ramah, memahami kandungan Alquran dan Assunah, dan tidak gampang ngambek.
“Seratus untuk Panjenengan semua. Mubalighat Aisyiyah..,“ sahut Muya—panggilan akrab Muyasaroh—yang disambut peserta dengan yel-yel: “Ikhlas, Semangat, Masuk Surga, amin!” (Agustine)