PWMU.CO – Melalui Semiloka bertajuk Peran Aisyiyah dalam Pencapaian SDG’s terungkap bahwa program kerja yang sudah dilakukan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim telah mencapai 80 persen dari target yang ditetapkan SDG’s.
Sustainable Development Goals (SDG’s) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memuat 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB.
Angka 80 persen itu diketahui setelah dalam semiloka dilakukan pemetaan oleh peserta terhadap program-program PWA Jatim selama ini.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah (LPPA) PWA Jatim Dwi Endah yang menjadi pemandu acara dan memimpin pemetaan menyimpulkan bahwa dari 17 tujuan SDG’s, 14 di antaranya telah dilakukan oleh PWA Jatim.
Semiloka atau seminar dan lokakarya yang diselenggarakan di Rumah Makan Agis, Jalan Pagesangan Surabaya, Rabu (27/12/17) ini dihadiri oleh 31 peserta perwakilan Majelis dan Lembaga PWA Jatim.
Menurut Ketua PWA Jatim Siti Dalilah Candrawati SDG’s bukan sesuatu yang baru, karena telah dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030.
Sebagai agenda pembangunan dunia untuk kemaslahatan manusia dan bumi, SDG’s telah diratifikasi oleh Indonesia.
“Apakah Aisyiyah baru dalam hal ini? Tentunya tidak. Karena di beberapa daerah SDG’s ini sudah diterapkan,” ungkapnya saat membuka acara.
Menurut dosen UINSA Surabaya ini, target semiloka adalah memberikan pemahaman dan menyusun sinergi internal antar-Majelis dan Lembaga di PWA Jatim.
“Selain itu juga untuk membangun sinergi dengan pemerintah Provinsi Jatim. Oleh sebab itu kita mengundang Bappeda Provinsi Jatim,” katanya.
Seketaris PWA Jatim Nelly Asnifati yang menjadi pemateri semiloka menegaskan peran yang telah dijalankan Aisyiyah selama ini.
“Aisyiyah itu mengurus dari anak yang belum dilahirkan sampai orang yang meninggal dunia. Dan itu sudah dilakukan sejak berdirinya,” ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, bagaimana kita mengukur kinerja sehingga keterlibatan Aisyiyah dapat terlihat dalam pencapaian SDG’s. “Bukan untuk pamer atau riya tetapi ini wujud keterlibatan kita dalam pembangunan Indonesia,” tegas Nelly.
Di akhir sesi, peserta dipandu untuk mengukur program yang telah dilakukan oleh Aisyiyah. Misalnya sudah berapa persenkah program Aisyiyah dalam mengurangi angka kematian ibu dan anak. Atau apakah Aisyiyah telah berpartisipasi dalam pendidikan inklusi dan lain-lain.
“Dari sesi ini ditemukan bahwa program-program Aisyiyah di tingkat ranting sampai daerah masih belum dilaporkan dengan baik, sehingga keberhasilan program belum bisa terukur,” ungkap Endah.
Endah melanjutkan, rekomendasi yang dibuat sebagai penguatan bahwa Aisyiyah berperan dalam pencapaian SDG’s antara lain kewajiban AUM (amal usaha Muhammadiyah) dan AUA (amal usaha Aisyiyah) untuk memberikan cuti melahirkan selama 3 bulan dan menyediakan ruang laktasi. Juga gedung sekolah maupun kantor yang ramah terhadap penyandang difabel.
“Membangun kerjasama dengan pemerintah provinsi agar program Aisyiyah dapat bersinergi dalam pencapaian SDG’s menjadi pekerjaan rumah bagi tim SDG’s Aisyiyah yang terbentuk hari ini,” kata Endah. (Novita Utami)