PWMU.CO – Dari sisi spiritualisme, ketenaran adalah tantangan bagi keikhlasan seorang mubaligh (juru dakwah atau dai).
“Ketenaran akan menempel pada diri setiap mubaligh. Maka Mudzakarah ini penting untuk kembali ke niat awal, untuk apa kita berdakwah? Yakni untuk menuju khairu ummah (sebaik-baik umat),” kata Ustadz Imam Fauzan MM saat menyampaikan materi Keikhlasan dalam Berjuang pada kegiatan Mudzakarah Mubaligh Muhammadiyah (M3).
M3 diadakan Corps Muballigh Muhammadiyah (CMM) Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PDM) Ponorogo, di Masjid Al Manar Pesantren Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Ahad (31/12/17).
Ketua CMM Ponorogo Ustadz Arif Widodo menjelaskan, penggunaan istilah Mudzakarah dalam M3 bertujuan untuk mengingat-ingat memori atau pengalaman serta komitmen para mubaligh dalam mengemban amanah dakwah.
Dia menerangkan, saat ini mubaligh CMM dipetakan menjadi 3 bagian yakni pertama mubaligh dalam bidang ibadah praktis. Kedua mubaligh dalam bidang motivasi dan ketiga, mubaligh dalam bidang pemikiran Islam.
“Pemetaan ini diharapkan memudahkan dalam pendelegasian Muballigh kepada jamaah,” jelas dia.
Arif juga mengingatkan bahwa usia muda tidak menjadi kendala dalam berdakwah. “Saya masih muda tapi dipaksa harus siap untuk mengemban amanah dakwah seperti anggota yang sudah senior,” ujarnya.
Pandangan menarik disampaikan Pembina CMM Ustadz Rohmadi MPI. Ketika menyampaikan materi Komitmen Dakwah dia menyampaikan bahwa dakwah tidak perlu menunggu peserta banyak. “Berapapun yang datang tetap kita dakwahi,” tutur dia.
Menurutnya, sifat mubaligh itu “datang meskipun tidak diundang”. Sebab mengajak kepada yang makruf dan mencegah pada maksiat selalu memotivasi para mubaligh, di samping memiliki sifat sabar.
Rohmadi mengajak para mubaligh agar percaya diri dan yakin bahwa apa yang disampaikan itu hanya untuk mengajak kepada kebaikan.
Dia menyarankan agar dalam menyampaikan kebaikan, mubaligh tidak menunggu persetujuan jamaah ketika akan menyampaikan materi pengajian. “Karena sifat manusia itu beda-beda maka kesukaannya berbeda pula,” tegasnya.
Ustdaz Bambang Wahrudin MPdI yang membawkan materi Mekanisme dan Kebijakan CMM menjelaskan tentang alur kebijakan CMM dan pembinaan mubaligh. Juga perlunya membangun jaringan untuk memperkuat dan memperlancar laju dakwah.
Dia menegaskan setiap muballigh harus siap ketika ditunjuk untuk didelegasikan ke jamaah. “Harus sami’na wa atakna, mendengar dan taat,” ujarnya. (Anton Mukminin)