PWMU.CO – Rumah Quran GIAT Depok ‘banjir’ air mata. Sebanyak 17 anak yang sedang menampilkan hafalan Alquran mampu menguras air mata orangtua mereka.
Tangisan semakin menjadi, saat masing-masing anak tersebut memakaikan mahkota bagi orangtua sebagai tanda cinta-kasih-sayang mereka.
Mahkota itu, sebagaimana hadits Nabi SAW, juga menjadi simbol bahwa kelak di surga seorang penghafal Alquran akan memakaikan mahkota kepada kedua orangtua sebagai balasan karena telah dididik untuk belajar Alquran.
Di penghujung tahun 2017, tepatnya Ahad (31/12/17), ke-17 anak tersebut sedang melangsungkan Munaqasyah (ujian terbuka) sebagai puncak kegiatan yang telah mereka ikuti selama satu pekan (24-31/12/17) yakni program Short Course in Holiday for Indonesian Learners, Tahfizh Quran Tematik (TQT).
Hasilnya, mereka lancar menghapal ayat-ayat Alquran, paham makna, dan tahu nomer ayat yang mereka hapalkan.
TQT sendiri merupakan salah satu metode menghafal Alquran paling mutakhir dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tertentu. Metode tersebut digagas oleh Lailatul Fithriyah Azzakiyah SHI MPdI.
Menurut Lailatul—sapaan akrabnya—pada liburan sekolah semester ganjil ini, TQT membuka program Boarding School for Kids di tiga wilayah yakni Lamongan (14-21/12), Malang (22-30/12), dan Depok Jawa Barat (24-31/12).
Hal ini, menurutnya, sebagai ikhtiar untuk membumikan Alquran dan memerkenalkan metode TQT secara lebih luas. “Perlu diketahui bahwa metode TQT sudah pernah disosialisaikan di negara tetangga yakni Singapura dan New Zealand,” kata dia Saat dihubungi PWMU.CO, Jumat (5/1/18) di kediamannya Jalan Tirto Taruno Landungsari, Malang.
Lailatul mengaku bahwa lahirnya metode TQT bermula dari perenungan dan kegelisahan melihat kebanyakan masyarakat yang menghapal Alquran namun belum paham makna. Selain itu dia mengaku bahwa ini semua hasil dari perjalanan selama puluhan tahun menekuni pengajaran Alquran untuk semua kalangan.
“Saya merasa ini semua adalah hasil endapan memori yang pernah saya pelajari dan alami. Sejak kecil orang tua sudah mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap dia.
Hal ini, ujarnya, berlanjut ketika saya kuliah S1 di Yogyakarta dan bergabung di lembaga pengajaran Alquran yakni Team Tadarus AMM Yogyakarta.
“Selain itu, selama kuliah S1 dan S2 saya mendapatkan Mata Kuliah Ulumul Quran, yaitu Tafsir Tematik Maudhu’i. Saya kemudian terinspirasi. Bagaimana kalau diterapkan dalam tahfiz untuk memudahkan menghapal dan memahami Alquran,” papar lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (S1) dan Universitas Muhammadiyah Malang (S2) ini.
Meskipun baru diselenggarakan pertama kali di Depok untuk wilayah Jabodetabek ternyata program TQT dapat diikuti oleh para peserta dengan baik. Bahkan kegiatan ini juga mendapatkan respon positif dari orangtua.
Agus Fajrin, salah satu wali santri dalam sambutannya mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan TQT. Dia berharap program ini dapat dilaksanakan setiap tahun dan jika ada program-program lanjutan dia sangat berharap untuk diberikan informasi.
Tak hanya itu, para peserta juga menginginkan kegiatan seperti ini dilakukan kembali. Meski hanya berlangsung satu pekan, tetapi mereka telah menghapalkan ayat yang berkisah tentang Nabi Yunus, Nabi Zakariya, dan Maryam.
Nuruts Tsalja Assalafa, salah satu peserta mengatakan kegiatan Boarding School TQT ini sangat menyenangkan dan menjadikan dia lebih mandiri
“Saya berharap TQT bisa menyebar luas ke seluruh Indonesia bahkan dunia. Agar semua orang tahu kalau menghafalkan Alquran itu mudah dan seru,” imbuhnya. (Nelly Izzatul M)