PWMU.CO -Cangkruk dan ngopi tidak selamanya mubazir, karena cangkrukan dan ngopi di Padepokan Hizbul Wathan Dau Malang telah terbukti menelurkan banyak ide dan gagasan ber-Muhammadiyah.
Hal tersebut dikatakan oleh dosen FISIP UMM Ahmad Jainuri MAP yang juga pembina Padepokan Hizbul Wathan Dau Malang pada saat menjadi salah satu pembicara di Workshop Model Perkaderan Keluarga, MPK PWM – PWA Jawa Timur di Aula Nyai Walidah SMAMDA, Sabtu (6/1/2018).
Jaenuri memberikan gambaran model perkaderan keluarga Muhammadiyah bersifat informal ini sangat efektif menghubungkan generasi tua dengan angkatan muda. “Tidak bisa dipungkiri, cangkruk dan ngopi saat ini sudah menjadi tradisi baik orang muda ataupun yang tua, tapi di Padepokan HW itu bisa kita kelola dengan baik. Sehingga dari cangkruk dan ngopi tersebut bisa memunculkan ide dan gagasan gerakan dakwah Muhammadiyah, meski ada juga omongan ngalor ngidulnya,” ujarnya disambut tawa hadirin saat menceritakan kegiatan model kader camp seperti yang telah dilakukan di Padepokan HW Dau dalam merawat kader keluarga.
Berita terkait: Model Perkaderan Keluarga dan Keberlangsungan Kader Genetik
Menurut Jainuri, di padepokan HW Dau tradisi tersebut sudah sangat terbiasa dan sudah lama dilakukan, bahkan setiap saat bisa berkumpul di padepokan untuk aktivitas Muhammadiyah.
“Di padepokan kami, semua kader atau para aktivis muda Muhammadiyah ada IMM, HW, NA, IPM bisa memanfaatkan fasilitas padepokan kapanpun, jam berapa pun bisa dan terbuka, bahkan kawan-kawan IMM rapat jam 21.00 sampai dini hari jelang subuh. Baik untuk rapat koordinasi, kegiatan organisasi, dan lainnya,” ujar dia yang juga anggota MPK PWM Jatim.
“Dengan gayanya masing-masing kader aktifis Muhammadiyah, termasuk kader yang suka cangkruk dan ngopi. Daripada cangkruk dan ngopi dipinggir jalan yang nggak jelas mending cangkruk dan ngopi di padepokan kami,” lanjutnya sambil menyindir dan disambut tawa meriah peserta workshop.
“Dan kami selalu mendampingi setiap aktifitas di padepokan HW, jadi kita bisa memantau dan mengarahkan,” tambahnya.
“Nah, kita selaku kader atau aktivis Muhammadiyah harus fleksibel dan bisa menampung kader dengan semua kegiatannya, baik yang formal ataupun non formal,” tuturnya.
Dengan begitu perkaderan keluarga dalam perspektif merawat kekeluargaan di antara aktivis dakwah Muhammadiyah bisa dilakukan dengan siapapun, cara apapun dan bagaimanapun.
“Jadi dengan konsep kader camp ini bisa kami terapkan di padepokan HW dengan fleksibel dan tidak mengikat hal-hal formal, untuk merawat perkaderan keluarga Muhammadiyah,” pungkasnya. (izzudin)