PWMU.CO – Berbeda dengan kebanyakan anak-anak sebayanya, peserta Program Boarding School Tahfiz Quran Tematik (TQT) Baitul Hikmah harus menghabiskan liburan akhir tahun yang lalu dengan menghapal Alquran.
Penemu TQT Lailatul Fithriyah Azzakiyah M Pd I mengaku boarding school adalah sebutan dari Short Course in Holiday for Overseas Learners. Disebut demikian karena dalam pelaksanaannya, peserta diwajibkan untuk menginap.
“Istilah overseas learners ditujukan untuk peserta yang bukan berasal dari Malang, termasuk dari luar negeri. Seperti halnya pada program sebelumnya yang diikuti oleh peserta asal Singapura dan Korea,” ungkapnya, Kamis (4/1/2018).
Dalam pelaksaan periode kedua ini, peserta Boarding School TQT sebanyak 35 orang. Mereka berasal dari Trenggalek, Situbondo, Pati, dan Bekasi.
Kegiatan yang telah berlangsung 9 hari ini difokuskan menghapal surat As Shofat 139-148 (kisah Yunus), Maryam 1-15 (kisah Zakaria), dan Maryam 16-29 (kisah Maryam) di Rumah Singgah Sihabudin, Jalan Tirtomulyo Malang, Jumat-Sabtu (22-30/12/2017).
Metode yang digunakan tidak hanya membuat peserta hapal, namun juga memahami maknanya. Ela —sapaan akrab Lailatul Fitriyah— mengungkapkan metode TQT ini membuat peserta yang memiliki latar belakang kemampuan berbeda merasakan kemudahan menghapal.
“Salah satu caranya dengan menonton film kartun kisah nabi yang ada dalam surat Alquran. Tidak cukup di situ, penggalan kata dari ayat-ayat beserta artinya tersebut dirangkai menjadi sebuah nyanyian agar mudah diingat,” jelasnya.
Kegembiraan dan kekeluargaan antara tutor dengan peserta juga tergambar saat outbound. Ada jaring laba-laba, estafet air, topi saya bundar, hingga kotak angka. “Peserta yang awalnya tidak saling kenal menjadi sangat akrab. Bahkan tangis pun pecah saat malam terakhir menjelang ujian munaqosyah digelar,” tambah Ela.
Sabtu (30/12/2017) Munaqasyah digelar. Saatnya para peserta diuji kemampuan menghapalnya. Suasana haru mulai terasa saat peserta dipanggil ke panggung untuk memakaikan mahkota pada orangtua atau wali masing-masing.
Khusnul, wali peserta asal Bekasi ini mengaku senang, bahkan sudah tidak sabar ingin mengikutkan anaknya pada program selanjutnya. Hal senada disampaikan Rian Aminullah Yasin, wali peserta asal Trenggalek. “Semoga pada tahun depan program ini dapat berkembang dan kami dapat mengikutkan lagi anak kami dalam program seperti ini,” ungkapnya.
Kegelisahan dan kesedihan dirasakan oleh Faiz, peserta asal Pati. “Saya sangat sedih karena berpisah dengan teman-teman baru saya. Rasa kekeluargaan sudah terlanjur melekat selama di sini,” ungkapnya sedih.
Rillah, Ketua Panitia berharap kegiatan semacam ini dapat berjalan terus, bahkan bukan dari program ini saja.
Don’t give up! (Maharina Novi/AK)