PWMU.CO – Tidak pernah membayangkan, jika buku sederhana Gila Nulis Berita Sekolah, akhirnya mengantarkan kami—empat guru SD Muhammadiyah 4 Surabaya (Mudipat)—bertemu dengan orang hebat.
Kami: Mulyanto, Anang Pujimanto, Erfin Walida Rahmania, dan saya sendiri, Muhimmatul Azizah, alhamdulillah berkesempatan bertemu dengan Rektor UMSurabaya Dr dr Sukadiono, Rabu (10/1/20).
Salah satu rekan kami, Mulyanto, mengaku sejak dalam perjalanan hatinya sudah dag-dig-dug, alias ndredek. “Bismillah mau ketemu Pak Rektor,” seru Mulyanto, sambil menahan nafas panjang. Ada rasa senang, bangga, pokoknya campur aduk, kata dia.
Saya sendiri mungkin paling gerogi di antara empat penulis itu. Sebab sayalah yang diberi tugas untuk menghubungi Pak Suko–panggilan akrabnya.
Mulai dari “merayu” untuk memberi kata pengantar buku kami hingga membuat janji untuk bersilaturahim hari itu.
Meski belum kenal, tapi sambuta Pak Suko luar biasa. Baik lewat telephon atau chatting di WhatsApp. Dia selalu ramah dan menjawab pesan dengan bahasa yang sangat menentramkam hati.
Tiba di kampus UMSurabaya sekitar pukul 10.00. Tanpa bertanya lebih dulu kami langsung menuju ke Gedung G-Inspire. Baru tiba di lobby, ada yang memberitahu bahwa Rektorat sudah pindah di gedung baru di sebelah timur.
Kami pun menuju ke At-Tauhid Tower, nama gedung baru itu, tepatnya lantai 12, seperti yang diinformasikan tadi.
Di sana sudah ada satpam yang menyambut. Kemudian kami dipersilakan masuk. Dari dalam Pak Suko kemudian mempersilakan kami masuk langsung ke ruanganya. “Dari SD Muhammadiyah 4 ya? Ayo-ayo langsung masuk saja,” ajaknya.
Berada di ruang rektor, kesan kami langsung wow! Ruanganya sangat elegan, meski belum tertata rapi sebab baru sehari pindahan.
Obrolan pun mengalir begitu saja. Ia bercerita banyak hal tentang keluarga, organisasi, dan dunia kampus. Ia juga mengajak kami melihat-lihat ruangan lain di gedung baru tersebut. Kami sangat tersanjung dengan penyambutan ini.
Kehangatan juga kami rasakan, manakala ia berusaha menyuguhkan kami sesuatu. Itu terlihat bukan basa-basi semata.
Ia beranjak dari tempat duduknya, dan memanggil seseorang untuk menyuguhkan minuman. Tapi dengan rendah hati ia minta maaf pada kami, “Mohon maaf dan mohon dimaklumi ternyata gelasnya masih tertinggal di gedung sebelah,” ujarnya.
Meski kami hanya guru SD biasa dan bukan siapa-siapa, tapi Pak Suko memerlakukan kami dengan istimewa.”Kita seperti tamu negara yang berkunjung ke istana,” ujar Erfin.
Tidak lupa ia berpesan agar budaya literasi terus bersemai di sekolah kami. “Mula-mula gurunya, seterusnya dengan sendirinya murid akan mengikutinya. Sebab anak itu melalui pengalaman keseharian, akan mengamati dan meniru yang dilihatnya. Tidaklah sulit bagi Mudipat, sekolah yang sudah punya branding,” ujarnya.
Sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga dan bermakna. Semoga budaya literasi terus bersemai di Mudipat, Amin. (Muhimmatul Azizah)