Aktivis Muhammadiyah yang berprestasi
Pada tahun 2010 bersama Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Siser, Khamim yang menjadi Sekretarisnya, membentuk kelompok Tani Bangkit. Kelompok tani ini dibentuk sebagai wadah pendidikan dan pengembangan SDM. Juga menjadi wadah pemetaan potensi pertanian yang ada di desa.
Meskipun dibentuk oleh PRM, tetapi anggota Tani Bangkit tidak terbatas warga Muhammadiyah. “Ya, warga lain juga ikut kelompok ini. Sesuai tujuan Muhammadiyah didirikan untuk semua umat,” kata Khamim yang juga menjadi anggota Majelis Lingkungan Hidup PCM Laren.
Atas kegigihan dan keberhasilan memberdayakan petani itu, pada tahun 2012 Khamim mendapatkan penghargaan sebagai Pengamat Hama Penyakit (PHP) Teladan Tingkat Nasional Bidang Perlindungan Tanaman Hortikultura. Dan pada tahun 2013, putra H Mubin, pendiri PRM Siser ini, terpilih sebagai Teladan Nasional Bidang Perlindungan Tanaman Pangan.
Keberhasilan Khamim dan para petani melon bukan tanpa kendala. “Kendala banyak. Dari serangan hama penyakit, tantangan pasar, sampai penjadwalan waktu tanam antarpetani,” jelas mahasiswa UB angkatan tahun 1992 yang mendapat beasiswa dari FAO ini.
Menurut pria yang sudah berkesempatan pergi haji bersama istri tercinta tahun 2013 ini, tantangan terberat adalah mengubah mindset (pola pikir) petani yang asal berproduksi. “Ini harus diubah menjadi berproduksi sesuai dengan standar kualitas yang dibutuhkan pasar,” kata alumnus SMP Muhammadiyah 4 Pangkatrejo ini.
Khamim sendiri awalnya harus berjuang keras agar bisa menembus pasar. Ia berusaha masuk ke Pasar Induk Jakarta dan Toko Buah Hoki di Surabaya. Setelah berhasil, ia baru dikenal banyak kalangan dan akhirnya mereka-lah yang justru minta dikirim buahnya. Menurut Khamim, jualan di pasar induk tidak terlalu susah. “Yang susah justru pada supplier besar semacam Emerald, Sewu Segar, atau Mulia Raya. Mereka minta tampilan luar yang sempurna dan kadar gula (brix) minimal 11 persen,” ungkapnya. “Jika pasar induk akan menerima standar kualitas A, B, C, dan BS, maka supplier besar hanya mau yang A saja dan sedikit grade B,” katanya.
Apa resep yang membuatnya sukses dan menularkan kesuksesan pada para petani? Ayah dari Alvina Diani Finantika mahasiswi LIPIA Jakarta dan Muhammad Oktadian Hadi Winata, siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat ini, menjawab singkat, “Saya ingin menjadi bagian sejarah hidup orang banyak dengan cara melayani dan berbagi.” Sebuah kalimat sederhana, tapi dalam maknanya. (Nurfatoni)