PWMU.CO – Politik adalah cara untuk mencapai sebuah visi. Cara untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Karena itu, Muhammadiyah harus melakukan jihad politik dengan melakukan kaderisasi sejak belia agar lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang visioner.
Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari menyampaikan hal itu dalam Resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 M yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Timur, di SD Muhammadiyah 5 Loa Bakung, Samarinda, (6/1/18) lalu.
Acara dihadiri oleh para tokoh senior Kaltim seperti H Yos Sutomo, Pengusaha dan Dewan Pembina Forum Kebangsaan Kalimantan Timur KH Hamri Haz, Ketua MUI Kaltim dan perwakilan Pemerintah Provinsi dan Kota Samarinda.
Lebih dari 1.500 kader hadir: dari berbagai sekolah Muhammadiyah, mulai SD hingga SMA, mahasiswa dari perguruan tinggi Muhammadiyah, organisasi otonom, serta seluruh pimpinan mulai dari ranting, cabang, dan daerah se-Kalimantan Timur.
“Muhammadiyah itu organisasi paling tua. Lahir di zaman penjajahan dan telah melahirkan politisi handal sekelas Kasman Singodimejo dan Ki Bagus Hadikusumo yang ikut dan berhasil merumuskan tujuan dan cita ideal Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ‘Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa’,” ungkap Hajri—sapaan akrabnya.
Bagaimana mungkin, lanjutnya, dalam pilkada serentak 2018 justru kita tidak memiliki kader politik yang bisa didorong untuk menjadi calon gubernur dan bupati serta walikota.
“Terus terang saya malu. Masak Muhammadiyah yang dilahirkan tahun 1912, kalah dengan organisasi yang baru lahir era kemerdekaan bahkan baru lahir di era reformasi. Mereka bisa memunculkan sejumlah nama sebagai calon gubernur, bupati, dan walikota. Jawa Timur misalnya, semua calon dari tetangga kita. Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan lain-lain. Bagaimana kader-kader Muhammadiyah?” tanya mantan Wakil Ketua MPR RI ini.
Dia menejelsakan, kalau kita lihat politik dengan tujuan mulianya untuk menyejahterakan bangsa, Muhammadiyah tidak boleh abai. Muhammadiyah harus konsisten memperjuangkan kader-kader terbaiknya untuk menjadi pemimpin-pemimpin daerah dan nasional. Sekaligus melanjutkan para pendahulunya.
“Karena itu, saya sangat setuju dan mendukung 100 persen KH Siswanto, Ketua PWM Kaltim yang berani mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI,” tegas Hajrianto berapi-api.
Kalau berhasil, ujarnya, maka ini akan menjadi contoh yang baik bagaimana Muhammadiyah melakukan jihad politik. Muhammadiyah harus mampu menjaga kekompakan dan kesolidan dalam memperjuangkan kadernya.
“Saya rasa tantangannya adalah warga Muhammadiyah kurang memiliki kohesi sosial. Antarwarganya kurang memiliki keeratan sosial. Mungkin ini karena Muhammadiyah sebagai gerakan puritan atau pembaharuan atau apalah saya kurang tahu,” tegasnya.
Hajri mengatakan, tantangan Muhammadiyah ke depan dalam jihad politik memang berat. “Tetapi karena politik memiliki tujuan menyejahterakan bangsa perlu diupayakan agar Muhammadiyah mendapat pengakuan secara politik,” pesan dia.
Pengkaderan sejak usia dini, menurutnya, harus dirancang demi suksesnya jihad politik Muhammadiyah. (MD)