PWMU.CO – ‘Pandu Hizbul Wathan itu melaksanakan perintah tanpa membantah’, bunyi Undang-undang Pandu Hizbul Wathan (HW) poin ke-7 ini menjadi salah satu faktor kreativitas pandu. Seperti yang diceritakan Hilmi Aziz ketika ditemui di rumahnya, Rabu (17/1/18) malam.
Pak Hilmi—panggilan akrabnya—menceritakan pengalaman uniknya saat mendadak diminta panitia kegiatan memanjangkan sambutan karena nara sumber utama belum hadir.
“Ya sempat bingung, mau saya isi apa ini. Tapi karena saya seorang pandu, ide-ide itu muncul saja. Karena nara sumber saat itu terkenal dengan tab-nya, maka saya tiru gayanya. Tepak kacamata saya buka dan saya berdirikan mendatar, lalu saya isi catatan-catatan kecil bahan sambutan. Kan sudah kayak tab tuh, kalau dilihat dari sisi penonton,” urainya sambil tertawa.
Sesepuh HW yang tinggal di Jalan Sunan Prapen, Kebondalem No 20 Kebomas, Gresik ini menyambut baik kedatangan panitia pembentukan Gerakan Kepanduan HW Kwartir Cabang Manyar Gresik di kediamannya.
“Memang seperti inilah yang harus dilakukan HW sekarang. Menata kembali Kwarcab yang ada kegiatannya tetapi belum ada strukturnya. Tertib administrasi itu penting,” tuturnya.
Bapak tiga anak itu menjelaskan kepanduan itu sistem among, bukan seperti guru dan muridnya, atau pemimpin dan anak buahnya.
“Jadi lebih kepada pendampingan sebaya, seperti kakak dan adiknya. Sehingga ada ikatan emosional yang kuat dan membuat kader HW seperti keluarga satu sama lain. Ya istilah jawanya itu ‘ngemong’,” ujarnya.
Ketua Gerakan Kepanduan HW Kwartir Daerah (Ka Kwarda) Kabupaten Gresik periode 2000-2005 dan 2005-2010 ini menegaskan HW itu sederhana, mudah, dan bisa diterapkan di mana saja.
“Prinsip metode HW itu kan beregu. Coba terapkan di kelas. Buat kelompok-kelompok kecil. Tunjuk ketua regunya, pertahankan regu itu hingga tiga bulan pembelajaran. Setelah itu gilir ketua regunya untuk tiga bulan selanjutnya. Beri tugas-tugas pembelajaran. Insyaallah keistiqamahan itu akan mencetak pemimpin-pemimpin handal,” tegasnya.
Sebagai Ka Kwarda pertama sejak era dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammdiyah tanggal 18 November 1999, dia berpesan pentingnya berjejaring dengan kepanduan lain.
“Jika besok sudah terbentuk, jangan lupa silaturrahim dengan kepanduan lain di tingkatan yang sama. Buat kegiatan bersama. Ingat bahwa bendera HW akan selalu siap bersanding dengan merah putih,” pesannya.
HW, pandu perwira Islam, putra Indonesia! (Ria Eka Lestari)