PWMU.CO – Mau sukses berbisnis, ya fokus. Seperti Rona, brand stik keju yang tampilannya jadul, tapi rasanya tidak jadul.
Hal itu disampaikan Hambali Nur Saat, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lawang, Kabupaten Malang yang mengkoordinir Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Malang, di antaranya Rona yang berdiri tahun 1992.
“Kadang jenuh karena pekerjaannya itu-itu saja. Membuat stik keju setiap hari. Tapi kalo lihat uangnya, semangat lagi. Jangkauannya wilayah Malang, silakan yang jalan-jalan ke Malang, bisa mampir ke Rona,” tegasnya.
Bersama tiga pengusaha lainnya, dia menjawab tantangan bisnis dalam acara Temu Pengusaha “UKM Naik Kelas, Tantangan dan Peluang di Era Milenial”, Kamis (19/1/18).
Acara yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur ini bertempat di Gedung G Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Kegiatan ini mengupas tips sukses berbisnis yang bisa dilakukan dengan cara apa saja bersama empat pengusaha tersohor di Indonesia.
Dari diskusi itu, poin terpenting yang wajib diterapkan agar berhasil berbisnis hingga omset milyaran rupiah adalah fokus pada satu produk.
Hj Dyah Suminar SE, Chief Executive Officer (CEO) Karita Muslim Square Yogyakarta sepakat dengan Hambali Nur Saat.
“Usaha saya ini busana Muslim untuk anak muda. Awalnya, membuka Karita untuk memfasilitasi mahasiswa yang belum berjilbab agar tertarik untuk berjilbab. Saya fokus, mulai batik, busana Muslim ibu-ibu, hingga remaja. Yang saya lakukan fokus pada busana,” tuturnya.
Dia menambahkan, peka terhadap peluang, berani mencoba, tertib membedakan keuangan pribadi dan usaha, fokus, disiplin, jujur dalam organisasi bisnis, mahir information technology (IT), dan support keluarga sangat diperlukan untuk kesuksesan berbisnis.
Senada dengan itu, Sutrimo, CEO Gangsar Kacang Atom, mengaku memulai usahanya dengan modal ‘dengkul’.
“Kacang digoreng sendiri, saya jual sendiri, keliling ke pasar,” ujarnya menceritakan awal perjuangan berbisnis kacang atom.
Pria yang hanya lulusan sekolah kasar ini mengungkapkan banyaknya halangan seperti harga bahan-bahan naik.
“Saya bertahan. Kerja ikut orang pun saya lakukan untuk mengumpulkan modal. Tahun 1997 saya jatuh kena krisis moneter, tapi tetap semangat hingga sekarang,” ungkapnya.
Sutrimo bersyukur sekarang produknya sudah masuk seluruh Indomaret dan Alfamart Pertamina. “Ibu-ibu Aisyiyah silakan yang mau join bisnis, asalkan produknya bagus,” ajaknya.
Sementara itu, Suci Hendrawati, Public Relation Paragon Wardah menjelaskan perjalanan Wardah selama 30 tahun menjadikan perusahaan ini bermanfaat utk masyarakat luas.
“Di saat semua kosmetik tidak berpikir tentang halal, Wardah menjawab tantangan itu sejak tahun 1985,” jelasnya.
Dalam paparannya, dia melanjutkan, pabrik yang pernah kebakaran di awal tahun 1990 ini bangkit karena kepercayaan masyarakat.
“Dipasarkan door to door. Inovasi, rebranding, kemasan sering ganti, formula produk terus ditingkatkan sehingga menghasilkan kepuasan konsumen. Semangat untuk memberi yang terbaik adalah spirit kami,” ucapnya.
Fokuskan suksesmu! (Dian/TS)