PWMU.CO– Secara tekstual judul ini tidak memiliki makna yang substantif, tetapi secara filosofis mengandung arti yang sangat mendalam.
Hal tersebut disampaikan Nardi SThI, pemateri bedah buku berjudul ‘Jangan Mengukur Baju dengan Badan Orang Lain’, Ahad (21/01/18).
Bertempat di MI Muhammadiyah 25 Jl Sidotopo Wetan 1 Luar No. 18 Surabaya, Bedah buku yang digelar oleh Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kenjeran Surabaya.
Nardi, yang juga penulis buku ini mengungkapkan bahwa seringkali seseorang menggunakan standar orang lain dalam menilai kebahagiaan pada diri sendiri.
“Padahal apa yang dialami orang lain yang menurut pandangan kita bahagia dengan hidup mewah, bergelimang harta, bersayap uang kertas, garasi penuh dengan mobil, rumah bak istana megah, semuanya itu tidak berarti bagi dirinya karena mengalami kegelisahan dalam hidupnya,” ujarnya.
Mahasiswa Pascasarjana UMSby ini juga mengatakan bahwa terkadang kita hanya melihat makna kebahagiaan dari orang lain, banyak yang mengira harta dapat membuat bahagia, sehingga dicarinya harta kesana kemari tak kenal waktu.
“Banyak sudah cerita tentang orang yang banyak harta tetapi tidak bahagia bahkan hidupnya lebih menderita dari orang miskin,” tuturnya.
Nardi menjelaskan bahwa makna kebahagiaan sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain. “Ada sebagian yang mengatakan harta merupakan sumber kebahagiaan,” ujarnya.
Namun, menurut Nardi tidak sedikit yang bilang bahwa banyak orang berharta tapi hidupnya susah. “Ini artinya bahwa kebahagian sangat subjektif yang hanya dapat diukur oleh dirinya sendiri bukan orang lain,” lanjutnya.
Di akhir sesi Nardi menegaskan bahwa hanya taqwa kepada Allah lah kebahagiaan didapat. (habibie)